Rabu, 08 Januari 2014

Hariku Yang Lucu



Photo : imgbin.com

Kamis pagi, 9 Januari 2014 di loby sebuah hotel. "Taksi mas' Ucap saya ke salah seorang petugas front liner. Sejenak ia bicara via HT.

Tak menunggu lama sebuah taksi tiba. Taksi opo iki Rek ? Belum pernah saya lihat taksi merek beginian. Bukan Expr*ss, Putr*, K*sti, Cip*g*nti, C*l*brity, Prim*j*s*, T*x*ku atau merek yang familiar lainnya.

Seumur-umur order taksi di hotel ini yang datang selalu taksi biru. Tapi tidak kali ini.

Bismillaah. Saya masuk.

Wew, Pak sopirnya sudah sepuh. Simbah-simbah. Bicaranya sudah agak groyok. Pake sandal jepit doang. Pas ia ngobrol dengan petugas frontliner, hujan rintik-rintik dari mulutnya :-D

'Kemana Pak ?' Tanyanya. 'Lapangan Banteng' Jawab saya.

Ok, berangkat !

Sekitar 10 menit perjalanan, taksi berhenti. 'Ada apa Pak' Tanya saya. 'Ini kakiku kayak kesetrum' Jawabnya sembari membetulkan beberapa kabel yang berjuntai-juntai, sambil mengelus-elus kaki kanannya.

Taksi jalan kembali.

Kira-kira 100 m sesudah keluar pintu gerbang Ancol, ia berhenti lagi.'Bentar ya Pak, ditahan dari tadi akhirnya gak tahan juga' Katanya. 'Apa yang ditahan Pak' Tanya saya. Ia tak menjawab, tapi langsung ngeloyor keluar.

Oo saya tahu. Saya berpikir ia akan numpang di toilet dekat sini, atau turun ke selokan, atau sembunyi di balik pohon.

Tetapi ?!

OMG, di tengah lalu lalang orang di jalanan itu ia dengan cuek mepet di belakang taksi, dan 'kran air' pun dibuka. Seeerr ! Duh, Mbaaah ...! Saya yang duduk di dalam merasa seakan-akan punggung saya ikut tersiram sesuatu. Ha..ha..ha..

Urusan selesai, Simbah masuk taksi. Tiada acara cuci-cuci. Cuci tangan atau cuci yang lain. Pokoke praktis dah.

Tarik Maaang !

'Gunung Sahari macet Pak, lewat tol aja, ntar keluarnya Cempaka Putih' Ia menawarkan. Saya setuju aja, karena saya tahu, jalur normal, Jl. Gunung Sahari jam segitu memang macet berat. Muter dikit gak papa. Eh, muter banyak ding !

Bayar tol…. Saya ulurkan 10 ribu. Dia angsurkan kembalian 2 ribu. Pas saya terima itu uang, baru kepikir, tadi di belakang taksi tangannya pegang apa ya, trus sekarang buat pegang duit, trus sekarang duitnya saya pegang. Hii.......

Huaaa..haa..haa..haa......

Keluar Cempaka Putih jalan mulai tersendat. Tiba-tiba ia mengeluarkan 'senjata rahasia' dari laci dashboardnya; minyak kayu putih cap K*p*k. Ia balurkan itu minyak ke tubuhnya. Dada, punggung, leher, tengkuk.... Walhasil ruang taksi yang memang sudah tanpa pewangi itu, bagaikan tenda pengungsi Suriah yang di bom senjata kimia rezim Bashar Al Assad. Breng …!

Sampai di Galur, Simbah ngajak ngobrol lagi. 'Nanem pohon di jalan gini gak ada gunanya Pak, ntar gede dikit bingung nebangnya' Ia berlagak aktivis lingkungan hidup, sambil menunjuk pohon baru tanam di sisi jalan layang Galur.

'Kenapa gak sekalian ditanem pohon kelapa saja ya, he..he..he..' Lanjutnya sambil cengengesan.

'Kalau pohon kelapa, kalau pas Simbah lewat kelapanya jatuh trus kena gundul Simbah, trus gundulnya Simbah benjol siapa yang tanggung jawab ?' Kata saya. Tapi tentu saja hanya di dalam hati.

Ana-ana bae Simbah iki. Ada rasa dongkol, juga lucu melihat kekonyolannya.

Singkat kata, sampailah taksi di kantor. Argo menunjukkan angka dua kali lipatnya argo taksi kemaren sore, waktu saya berangkat dari kantor ke Ancol. Padahal yang kemaren taksi tarif atas.

Yo wis ra popo !

Doa saya semoga Mbah Sopir sehat wal afiat agar dapat terus bekerja. Rejekinya lancar dan berkah. Anak dan cucu berbakti semua. Amien !

Naik taksimu lagi Mbah ? Emoh ....., kecuali dalam situasi darurat amat sangat terpaksa dan tak ada pilihan lain.

Tapi ngomong-ngomong kalau Simbah tahu konsep service excellence mungkin penumpang akan lebih enjoy dan ada peluang repeat order kali ya.

Goodbye Mbah, wish you all the best !