Selasa, 14 Januari 2020

Saya Adalah Detektif Pikachu, ha..ha..ha.. !!!


Photo : Amazon.com

Dalam suatu masa saya pernah memiliki keisengan tingkat tinggi saat mencari informasi tentang seseorang. Sebetulnya itu tidak berguna sama sekali buat saya, tapi saya suka melakukannya. Walaupun beberapa diantaranya juga bermanfaat buat orang-orang yang 'mengorder' saya. Beberapa kisahnya sebagai berikut :


1. Jodoh Siapa Yang Tahu


Ini kisah saat saya bertugas di suatu ibu kota provinsi nun di luar Pulau Jawa sana, awal tahun 90-an.

Suatu hari, Mas Gareng, kakak kelas yang ditempatkan di  remote area, sejauh 5 jam perjalan darat dari tempat kerja saya, bertandang. Dengan semangat dia bercerita bahwa dalam perjalanan tadi dia duduk berdampingan dengan seorang perempuan, menarik, jomblo dan pegawai sebuah bank BUMN. Dengan antusias dan mata berbinar-binar dia bercerita banyak tentang perempuan itu.  

Mungkin teman-teman yang lain tertarik dengan isi ceritanya.  Tidak dengan saya.  Yang mencuri perhatian saya justru gestur, mimik, antusiasme, intonasi dan semangatnya dalam bercerita.Seribu satu kata terucap dari mulutnya,  sesungguhnya hanya satu pesan yang ingin ia sampaikan “Eh kira-kira kalian tahu gak, siapa sih itu anak ? Kali aja temen kalian, atau saudara temen kalian, atau malah warga komplek ini, atau whatever lah ” 

Lalu naluri saya untuk menolong sesama tiba-tiba terbit.  Sepertinya menantang ini ; mencari informasi tentang orang yang hampir anonim, cuman tahu nama panggilan saja, yang ketemu sama temen saya di perjalanan, di jaman belum kenal HP, belum kenal internet apalagi Mbah Google, dan tidak semua rumah punya telepon. Tapi paling tidak clue-nya cukup kuat : ke kota ini dia pulang kampung so dia warga kota ini !

Saya lupa bagaimana cara saya mencarinya waktu itu. Apakah modal Buku Yelow Pages, buku kumpulan nomor telepon yang legend itu. Apakah menelpon layanan info Telkom atau kombinasi keduanya. Atau digabung teknik yang lain lagi. Singkat cerita saya dapatkan alamat dan nomor telepon rumah gadis tersebut.

Esoknya Mas Gareng sudah asyik masyuk ngobrol seru dengan kenalan barunya di depan pesawat telepon.Konon pada akhirnya mereka berjodoh lho Guys. Semoga apa yang saya lakukan ini bernilai ibadah di sisi Allah SWT, karena membantu orang menemukan jodohnya. Amin YRA!


2. Kasih Tak Sampai Anak-anak Yang Berbakti


Masih di kota yang sama, ini cerita tentang kasih tak sampai. Teman sekantor saya, Petruk, semasa SMA saling demen ame anak orang, sekomplek perumahan, di sebuah kota kecil di Jawa Tengah sono. Untung  tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, ternyata orang tua mereka bermusuhan sejak lama. Jadilah kasih tak sampai gegara restu yang tak sampai.  Orang tuanya saling gengsi untuk besanan. Ah... jadi ikut sedih.

Tiba-tiba, Petruk suatu hari.

“Bro, mantan ane baru magang nih, di kota ini,kemaren sore tiba”
“Jauh amat magang ke sini. Kenapa gak di Jawa saja ?
Pengen ketemu ane kali, ha..ha..ha.. ?” 
“Ah… kepedean ente, BTW dapet kabar dari mana ?”
“Dia kirim surat. Tapi dia gak mau kasih tahu tinggal di mana”
“O gitu”

FYI, demenan Si Petruk ini, yaitu Juwita, adik kelasnya satu tahun, kuliah di sebuah akademi kedinasan di Jakarta.

“Tolong dong bantuin cari info dia tinggal di mana”
“What ?

Pekerjaan yang tidak gampang, sepertinya. Tapi melihat cara dia meminta tak tega pula awak menolaknya.Ya sudah,  set..set..sret..sret..  saya buka Buku Yelow Pages. Dengan beberapa asumsi saya susun nomine.  Coba merangkai puzzle lewat beberapa clue.  Ini catet itu catet. Ini coret, itu coret dan seterusnya.  Sampai akhirnya dapat 'tersangka' sekitar 20 nomor telepon rumah

Lanjut telepon secara acak. Apa susahnya nelpon 20 nomor.  Jika salah, tinggal ngaku salah sambung. Ya gak ?

"Halo, selamat sore, bisa bicara dengan Juwita ?“ 
"Maaf salah sambung” Krekep, telepon ditutup.No problemo. 

Lanjut...

“Halo, selamat sore, bisa bicara dengan Juwita  ?”  Krekep, tanpa dijawab telepon ditutup

Dan akhirnya, pada nomor telepon kesekian, bahkan belum sampai ke sepuluh.

“Halo, selamat sore, bisa bicara dengan Juwita ?”
“Sebentar ya, dari siapa ini ?” Suara seorang ibu-ibu di seberang sana.

JACKPOT !!!

Segera gagang telepon saya angsurkan ke Petruk. Geli-geli gimana gitu ngelihat dia akhirnya haha hihi teleponan berlama-lama hingga larut malam.

CLBK ? Sepertinya tidak. Mereka berdua anak-anak yang patuh kepada orang tua koq. Bahkan untuk urusan cinta.


3. Let This Remain a Secret


Di sebuah kota di Jawa Barat yang berhawa sueejuk. Temen saya, Antasena, jago maen bola. Posisi favoritnya gelandang serang.  Jika kantor mengadakan pertandingan dia selalu masuk line up. Baik tanding di kota sendiri atau tandang ke kota lain. 

Suatu hari, Jam 8  malam, bakda isya, sepulang  dari pertandingan persahabatan di luar kota. 

“Bro, elu tahu  **** ************ gak ?Tiba-tiba Antasena menyebut sebuah nama. 

"Kagak, emang siapa dia ?" Jawab saya sekenanya. Memang saya tidak tahu sama sekali nama yang dia sebut. 

“Adik kelas, tadi jadi panitia pertandingan. Tadi sempet ngobrol tapi cuman sebentar" Dia kasih clue. 

“Elu naksir ?Saya mulai menyelidik. 

"Kagak, pengen kenal ajaDia menyangkal

"Lah , khan tadi udah ngobrol, berarti udah kenalan dong ?”  Saya gak mau kalah. 

"Ya juga sih, he..he.. Maksudnya pengen kenal lebih dalam” Jawab dia sambil terkekeh. 

“ Ah, elu … muter-muter kayak tukang taksi ngakalin argo.Tunggu sampai jam 10 malam” Jawab saya belagak jagoan.

Malam-malam, dimintai tolong nyari info orang yang saya tidak kenal, yang tinggal di sebuah kota kecil 100 km dari tempat kami?  Oh Mbah Google kenapa engkau telat lahir ? Eh, boro-boro Google, bahkan HP pun belum menjadi keseharian orang. Ya iyalah, kalau sudah ada HP mereka tinggal tukeran nomor, kelar urusan. 

Hampir sejam saya ngoprek alamat di kota tempat ia tinggal. Pake tool apa Bro ? Pengen tahu aja ! Atau pengen tahu bingitz ? Hasilnya ? Nihil !  Jangan-jangan ia tinggal di Platform 9 ¾ yang hanya bisa ditembus oleh Harry Potter ? Janji menemukan jam 10 akhirnya gagal total. 

Besoknya strategi diubah. Gagal mengoprek lokasi kota tinggalnya, kita coba oprek kampung halamannya. Tarrraaa …. tidak pake lama, saya dapatkan alamat rumah dan nomor teleponnya.

“Halo, Selamat Malam, bisa bicara dengan Melati” Padahal saya tahu Melati sedang tidak di rumah, he..he... 

"Ini siapa ya?” terdengara suara seorang ibu sepuh.

“Saya teman kuliahnya,  Bu”  Jawab saya, saya manis-maniskan.

“Oh, Melatinya tidak di rumah Mas.  Sudah 6 bulan dia penempatan di kota anu“ 

"Boleh tahu alamatnya Bu ?“ 

"Saya kasih no telponnya saja ya”

Alhamdulillaah, fajar mulai menyingsing. Segera saya hubungi nomor yang dikasih ibu tadi. 

“Halo, Selamat Malam, bisa bicara dengan Melati

"Dari siapa ya?” suara ibu-ibu terdengar merdu. Pasti ibu kostnya.

“Dari temannya Bu”

“Tutup dulu ya, ntar telepon lagi. Saya panggilin dulu. Kostannya agak jauh. Di sebrang jalan. Sekitar 10 menit jalan kaki”

“ Baik Bu, terima kasih”

Pantes gak kesentuh oprekan saya. Ternyata dia tinggal di sudut dunia yang terisolir dari peradaban. Saya ulurkan gagang telpon ke Antasena yang wajahnya berbinar-binar sambil mengacungkan dua jempolnya ke saya. Alhasil malam itu cukup lama dia ngobrol dengan Melati, dengan segala kecanggungannya. 

Sejak kejadian itu Antasena memanggil saya dengan sebutan ‘Agen’, sampai sekarang, merujuk pada sebutan untuk pelaku spionase. Jika di suatu kerumunan tiba-tiba ada yang berteriak ke arah saya 'Gen !', tanpa melihatpun saya sudah tahu itu Antasena. Hanya dia yang memanggil saya demikian.

Akhir ceritanya ? In the end they just become friends.  

Qadarullah, di kemudian hari saya berada di kantor yang sama dengan Melati dan menjadi mitra dalam pekerjaan. Bahkan saat ini sering ketemu, baik dalam rapat, dalam kegiatan kantor lainnya atau just say hello saat ketemu di lift, tanpa ia tahu bahwa pada jaman ‘purbakala’ dulu saya pernah melacaknya, demi teman saya.  But, let this remain a secret, toh gak penting juga ia tahu.


4. Wish You All The Best, Mawar


Ini cerita saat internet telah menjadi keseharian orang dan data digital dengan mudahnya bisa kita tambang. Asyiiik !!

Suatu hari iseng-iseng saya buka akun medsos saya yang sudah berlumut.  Eh ternyata ada DM dari temen lama, Mawar. Ya sudah saya balas just say hello saja plus basa-basi sedikit.

Tiba-tiba naluri Pikachu saya muncul. Jari-jemari ini mulai gatal untuk mencari  informasi tentangnya.  Bertapa sebentar, baca mantra, daaaaan ……….berubah jadi kuciiing. Meeeooong ! Enaknya jadi kucing, bisa masuk rumah orang lewat pintu dapur. Siapa tahu dapat ikan asin nganggur yang lupa ditutup sama pemiliknya. 

Dalam sekejap terkumpul seonggok info didepan mata ; namanya Anu, seorang ayah baik hati, suka menolong dan rajin menabung he..he.., status perkawinannya, dua anaknya mulai beranjak dewasa, nama saudaranya, kota asal, pekerjaan, nama kantor, hobi, akun medsosnya dan info lainnya baik yang penting maupun yang remeh temeh. Oh ternyata mereka kenal di perjalanan antar kota antar provinsi dari kota anu ke kota anu, pada tanggal sekian, saat menghadiri pernikahan teman kerja Mawar  yaitu si Anu, yang menikah dengan Anu, asal kota Anu, yang bekerja di  perusahaan Anu, dan seterusnya. 

Beberapa waktu mobilitas dan aktifitas Mawar terpantau oleh saya. Tidak ada yang aneh. Rumah, kantor, mall, dan tempat wisata di akhir minggu. Semua normal.  

Saatnya test the water ! 

“Eh Mawar, elu kenal gak sama Si Anu ? “ Tanya saya memancing.

“Tahu dari mana lu ? Jangan sebut-sebut nama itu dong. Please ya, please!”  Tiba-tiba dia nyolot, lalu dalam sekejap menghiba-hiba.   

Ha..ha..ha. Nah khan, mangkanya kalau masih takut terbakar, jangan maen api ! 
Sebagai teman, sebetulnya saya pengen banget nasehatin dia  “Elu jangan jadi PLKR dong, kagak baek, kasihan rumah tangga orang !”.Tapi saya  gak mau membuat kesimpulan terlalu dini.  Ntar jatuhnya su’udzon. Ya gak Pren ?

Ada ribuan  teman. Kita bebas memilih mana yang kita ingin staying in touch  atau saying good bye.  Dan untuk yang ini, saatnya untuk saling mendoakan yang baik-baik saja lah.  Wish you all the best ya Mawar. Tanpa saya, teman kamu juga sudah banyak khan ? Dalam sekejap dia saya unfriend. Bye Bye !