Selasa, 13 Desember 2022

Hati-hati dengan Keinginanmu

Ngarai Sianok
 
Ngarai Sianok, Bukittinggi, Sumatera Barat
 
Majalah Jaya Baya adalah majalah mingguan berbahasa Jawa yang yang didirikan oleh Tadjib Ermadi, seorang mantan guru Taman Siswa Yogyakarta pada 1945. Pada awalnya dewan redaksi berkantor di Kediri, kemudian pindah ke Surabaya. Pada jamannya, majalah ini menjadi salah satu majalah berbahasa Jawa paling populer selain Panyebar Semangat (Surabaya) dan Djaka Lodang (Yogyakarta). 

Sejak SD saya rutin membacanya tiap kali terbit. Dalam salah satu beritanya berkisah tentang Bendara Raden Mas (BRM) Herjuno Darpito - sekarang Hamengkubuwono X - bersama istri, plesiran ke Bukittinggi, Sumatera Barat. Berdua beliau berpose di atas tebing Ngarai Sianok. Menatap pemandangan elok di seberang sana. Sungguh menakjubkan.

Majalah Jaya Baya

Saat itu sejauh-jauh saya pergi hanyalah ke Semarang. Ibu kota Jawa Tengah yang berjarak 132 km dari rumah saya di Klaten. Itupun hanya sekali. Selebihnya hanyalah ke Kota Klaten yang berjarak 15 km dari rumah. Melihat foto BRM Herjuno Darpito bersama istri, terbetik keinginan dalam hati 'Suatu saat saya ingin ke Bukittinggi'. 

Time flies, waktu berjalan cepat. Tak terasa selesai sudah kuliah saya. Untuk penempatan  seluruh lulusan diminta membuat 3 pilihan kota. Saya memilih Yogjakarta dan Mataram. Pilihan ketiga ? Saya kosongkan. Maksudnya ? Saya hanya mau di dua kota tersebut. Selainnya tidak mau. Titik !

Lembar pilihan dikumpulkan, lalu seorang teman menanyakan pilihan saya. Saya jawab apa adanya. "Hati-hati Wan, kalau pilihan ketiga dikosongkan nanti dipahami kemana saja mau. Gimana kalo ntar ditempatkan di Jayapura ?"  Gubraaak ! Bener juga. Maksud saya kemana-mana gak mau bisa dipahami kemana-mana mau. Segera saya tarik kembali kertas saya. Setelah berfikir sejenak saya pilih Padang untuk pilihan ketiga. Ini adalah pilihan terpaksa. 

Qadarullah , pilihan pertama dan kedua saya tidak terpilih. Dua kota itu ternyata cukup populer. Jumlah pemilih melebihi kuota. Setelah diurutkan berdasarkan IPK saya tersingkir. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Saya mendapat penempatan sesuai pilihan ketiga ; Padang. 

Sekian bulan di Padang beberapa teman dari kantor pusat datang berkunjung dalam rangka dinas. Pada akhir minggu mereka meminta saya menemaninya berwisata ke Bukittingi. Padang dengan Bukittinggi ibarat Jakarta dengan Puncak. Pada akhir minggu banyak warga Padang berwisata ke tempat-tempat tujuan wisata yang banyak terdapat di sana. 

Tujuan wisata paling populer adalah Ngarai Sianok. Obyek wisata ini sering dipakai sebagai inspirasi oleh banyak pelukis. Diantaranya Basuki Abdullah. Juga pernah dipakai sebagai gambar uang kertas Rp. 1000 keluaran 1980.
 
Lukisan Ngarai Sianok karya Basuki Abdullah

Lalu yang terjadi terjadilah. Saya berpose di atas teping menatap pemandangan elok di seberang sana. Sungguh menakjubkan. 

Deg .... saya tertegun. De javu. Saya merasa pernah berada dalam situasi ini.  Entah kapan. benar-benar tidak asing.Ya..ya..ya.. saya ingat. Saya pernah menginginkannya sekian belas tahun yang lalu saat membaca Majalah Jaya Baya. Dan terwujud saat saya sudah melupakannya. Bahkan tanpa saya mengusahakannya.  Allahu Akbar ! 


Kereta Lintas Eropa

Gare Cornavin, Stasiun Utama Kota Jenewa
 

Waktu SD salah satu kegemaran saya adalah bongkar-bongkar koleksi buku orang tua. Jangan dibayangkan seperti perpustakaan, Ini lebih seperti buku bekas, kertas kerja, tugas sekolah dan kuliah, skripsi  dan dokumen-dokumen lain, yang disimpan bukan karena bermanfaat, tapi hanya belum sempat membuangnya saja. "Kenapa disimpan Bu ?" Tanya saya suatu kali. "Untuk pengingat perjuangan  bapakmu dalam meraih pendidikan yang lebih baik" Jawab ibu. Walaupun begitu, beberapa diantaranya bukan kaleng-kaleng. Misalnya 5 jilid buku koleksi lukisan Bung Karno setebal bantal, Buku Di Bawah Bendera Revolusi yang 699 halamannya tuntas saya baca saat SMP.  Para pengamat menyebut buku ini  sebagai masterpiece alias karya terbaik Bung Karno. 

Ada juga sebuah novel terjemahan. Di salah satu adegannya mengisahkan kejadian saat kereta lintas Eropa diserbu gerombolan begal. Saat itu kereta berada di jalur rel yang lebih rendah dari permukaan tanah sekitarnya. Gerombolan pencoleng itu mengintai di talud sisi rel, meloncat ke atap kereta, merayap masuk gerbong dan menggasak bawaan penumpang. Betapa melekatnya adegan itu di benak saya hingga timbul rasa penasaran saya "Seperti apa sih rasanya naik kereta seperti itu ?"

 


Tunas-tunas pohon menjelma menjadi ranting dan daun. Tumbuh, menua, menguning kemudian rontok. Terurai menjadi pupuk penyubur inangnya. Memicu tunas-tunas baru. Siklus terus berulang, waktu terus berjalan. Hari berganti hari, tahun berganti tahun. 

15 September 2012. Pagi-pagi buta, saya bersama dua teman sudah nongkrong di Gare Cornavin, stasiun kereta utama di kota Jenewa, Swiss. Menunggu kereta TGV yang akan mengantar kami ke Paris, Perancis. Tepat jam 06.29,  kereta berangkat sesuai jadwal. Akurat hingga menitnya. Tidak butuh waktu lama untuk keluar dari padatnya Jenewa. Beberapa menit kemudian kereta sudah melintas di ketinggian bukit di sisi Danau Jenewa. Sungguh sebuah suasana yang dramatis. Ular besi itu seakan meliuk-liuk di atas awan. Lalu lahan pertanian yang panjang, ditingkahi lenguh sapi-sapi perah bercengkerama dengan rerumputan. Lalu ....... ruas jalur rel yang lebih rendah dari permukaan tanah di sekitarnya. Talud di sisi kiri dan kanan melampaui tinggi kereta. 

Deg .... saya tertegun. De javu. Saya merasa pernah berada dalam situasi ini.  Entah kapan. Benar-benar tidak asing. Menyeruak sedikit rasa cemas. Gimana jadinya  kalau ada orang jahat, meloncat dari talud, hinggap di atap kereta, merayap masuk dan merampas harta penumpang ? 

Gare de Lyon, Paris

Beberapa saat kecemasan melingkupi benak saya. Sementara dua teman saya asyik bercengkerama, tidak menyadari kegelisahan saya. Tiba-tiba saya tersadar, tercerabut dari suasana deja vu. Lalu saya ingat, bukankah saya pernah memikirkan situasi ini ? Bukankah saya pernah menginginkan berada dalam kereta seperti ini ? 

Novel itu. Ya apa yang saya inginkan saat membaca novel itu menjadi kenyataan saat saya sudah melupakannya. Menjadi kenyataan tanpa saya melakukan hal-hal untuk mewujudkannya. Allahu Akbar !

Lessons Learned
 
Uang Rp. 1000 bergambar Ngarai Sianok

Pelajaran yang bisa diambil dari kejadian di atas adalah ...Hati-hati dengan keinginanmu ! Ia bisa mencari jalannya sendiri untuk mewujud. Bahkan ketika kamu sudah melupakannya. Bahkan ketika kamu tidak melakukan hal-hal untuk mewujudkannya. Sering terjadi keinginanmu menuntunmu kepada hal-hal yang berpotensi mewujudkannya, meski kadang-kadang tidak berhubungan langsung, meski kadang-kadang tidak kamu sadari.

Periksa kembali seluruh keinginamu dan cermati. Buang jauh-jauh yang buruk meskipun kamu menyukainya. Karena ia akan menjadi masalah besar jika tiba-tiba mewujud saat kamu tidak siap menerimanya. Saat kamu tidak mampu menolaknya. 

Peluk erat-erat yang baik meskipun kamu belum tahu cara mewujudkannya. Karena ia akan menjadi anugerah besar bagimu, jika tiba-tiba mewujud saat kamu sangat membutuhkannya. Bahkan seumpamapun tidak mewujud maka itu tetap kebaikan. Dengan memenuhi benakmu dengan keinginan-keinginan baik akan tidak tersisa ruang bagi keinginan-keinginan tidak baik untuk bersemayam.
 
Tabik !
 

Kamis, 02 September 2021

Nukang ? Siapa Takut !

Nukang Yuk !


Nukang kayu alias woodworking memang mengasyikkan. Sudah lama saya ingin melakukannya. Namun karena sesuatu dan lain hal selalu tertunda.

Lalu kesempatan itu datang. Virus corona tanpa ampun menyerbu negara-negara. Tak terkecuali Indonesia. Pegawai-pegawai termasuk PNS seperti saya diminta bekerja dari rumah alias WFH (Work From Home). 

Sebelum pandemi, tiap hari saya butuh rata-rata 2 jam perjalanan berangkat ke kantor dan 2 jam perjalanan pulang. Maka, begitu WFH sesungguhnya saya saving waktu 4 jam setiap hari.  Nah waktu inilah yang saya manfaatkan untuk nukang. Tentu saja tidak tiap hari. 

Hingga tulisan ini saya buat, setidaknya 17 item furnitur sudah saya hasilkan, sebagai berikut :


1. Rak Sepatu Sirkel


Ini proyek pertama saya. Sirkel merupakan penyebutan gampang dari circle atau circular alias putar. Furnitur ini berbentuk kotak yang di dalamnya terdapat rak putar. Diputar ke atas menutup. Diputar ke bawah membuka.

Rak sepatu sirkel 

Rak sepatu sirkel

Ini berangkat dari kebutuhan saja. Saya butuh rak sepatu tertutup, sehingga meskipun di taruh di teras dan kena tempias hujan atau serbuan debu dari kerajaan api, sepatu tetap aman sentosa.   

Rak ini berbahan multiplek 18 mm, dengan finishing kertasive motif sonoma oak untuk bagian luar dan motif pearl white untuk bagian dalam. Belum tahu kertasive ? Baca di sini. Atau kepoin IG-nya di siniHardware/besi putar di dalamnya beli online

Sebagai newbie, perlu usaha ekstra untuk membuat 'hanya' rak seperti ini. Motong belum presisi, sudut tidak siku begitupun  saat merakit. Namun, dengan segala kesulitannya akhirnya selesai juga ini barang dan bisa digunakan. 


2. Kabinet TV Gantung


Berhasil dengan proyek pertama lanjut ke proyek berikutnya. Kali ini proyek membuat rak TV gantung alias floating TV cabinet atau wall mounting TV cabinet. 

Masih seperti rak sepatu, kabinet ini berbahan multiplek 18 mm dengan finishing kertasive motif sonoma oak untuk bagian luar dan motif pearl white untuk bagian dalam. Handel pintu berbentuk knob kayu eks China. Saat mengerjakan proyek ini saya belajar teknik menggantung furnitur dengan french cleat dan cara memasang engsel sendok. Ternyata tidak sesulit yang saya bayangkan. 

   
Rak TV Gantung


3. Chest of Drawer


Asing dengan nama barang ini ? Begitu juga saya pada awalnya. Chest of drawer adalah storage yang terdiri dari laci-laci, untuk menyimpan barang-barang 'printilan' misalnya pakaian dalam, kaos kaki, kaos tangan, sapu tangan, stocking, vanities, bandana, kupluk (beanie), peci, kopiah, sorban, jam tangan, kaca mata, ikat pinggang dan accesories lainnya.   
Chest of Drawer

Proyek ini lumayan menguras tenaga dan waktu. Saya mulai menggunakan mal (jig) saat memotong multiplek agar mendapatkan potongan yang presisi. Mal sederhana buatan sendiri. Penting untuk mendapatkan potongan yang presisi sejak awal, karena jika tidak akan sangat merepotkan saat perakitan. Akan banyak pekerjaan tuning yang berlarut-larut, karena ketidakpresisian salah satu potongan akan menimbulkan efek berantai ke potongan lainnya. 

Sisi atas, samping, belakang dan tutup laci menggunakan multiplek 18 mm. Laci dalam berbahan multiplek  12 mm. Handel menggunakan knob kayu.  Finishing kertasive motif sonoma oak untuk bagian luar sedangkan bagian dalam menggunakan motif ivory white. Laci dipasang dengan rel laci berpeluru warna hitam merk Wilson. 

Gara-gara photo di atas saya pakai sebagai status WA dan saya upload di instagram, banyak yang DM minta dibuatkan. Sorry ya Bro, saat ini ane cuman buat hobi  doang. Belum dikomersilkan.  

4. Ruang Workshop


Selesai proyek ke-3 saya merasa perlu jeda sejenak. Saatnya 'konsolidasi internal'. Koleksi tool yang mulai ruwet perlu dirapikan. Salah satu ruangan di lantai 2 saya sulap jadi ruang workshop. Seluruh tool disatukan di situ. Power tool dan manual tool saya gantung di dinding dengan french cleat system. Cat, thinner, lem, paku, skrup saya buatkan rak beroda, agar mudah dipindahkan. Alat-alat lainnya saya simpan dalam kontainer plastik. Rapi khan, Bro? 

Ruang workshop

5. Dingklik aka mini stool 


Setelah menyelesaikan tiga proyek, ternyata banyak juga sisa-sisa potongan tak terpakai alias scrap wood. Sekalian momentum beres-beres workshop, saya beresin pula sisa-sisa potongan ini. Dan inilah hasilnya, dingklik alias mini stool. Saya buat lima dingklik. Tiga saya finishing dengan kertasive, dua saya biarkan unfinished. Yang difinishing jadi favorit istri untuk duduk saat merajang sayur, menggiling bumbu, mengadon kue dan lain-lain. Sedang yang unfinished saya pakai sebagai pendukung kerja di ruang workshop.   


Dingklik


6. Rak Kaca Mata   


Anda pelupa ? Kacamata sering ketlingsut ? Bikin ginian aja, rak kacamata alias eyeglass stand. Tinggal ambil scrap wood, lubangi sejumlah kelipatan dua, jadi dech.  Bisa difinishing jika mau.  Dijamin kacamata Anda tidak lagi ketlingsut, asal disiplin sehabis dipakai dikembalikan ke rak ini.  

Rak kacamata

7. Storage Bench


Saya punya dua bocil, 5 tahun dan 1 tahun. Kebayang khan gimana berantakannya kalau mereka selesai main ? Biar mainan mereka tersimpan rapi saya buatkan storage bench yang punya fungsi untuk menyimpan sekaligus untuk duduk. Untuk nyimpan oke, untuk duduk nyaman. Saya buat 5 sekaligus agar anak-anak jika mainannya berantakan tidak bisa lagi beralasan tidak ada cukup tempat penyimpanan.

Bahan seperti biasa, multiplek 18 mm finishing kertasive motif sonoma oak. Agar mudah didorong, bagian bawah dipasang 4 roda tinggi 5 cm. Bagian roda yang masuk badan kotak 4 cm, sehingga tersisa jarak antara kotak dan lantai 1 cm. Dudukan dari busa dengan cover kulit sintetis ukuran custom beli online.  

Storage bench

Storage bench

Storage bench

8. Meja Jahit


Mesin jahit sudah lama dibeli. Tapi sepertinya lebih sering ngumpet di container daripada keluar untuk digunakan.  Nah, biar selalu terlihat dan bisa memicu semangat menjahit maka saya buatkan meja ini. Bahan dari meja makan lama yang sudah hampir dibuang. Saya potong jadi dua, saya lubangi menggunakan trimmer untuk menaruh mesin jahit. This is it

Meja jahit


Tantangan terbesarnya adalah saat membuat lubang dudukan mesin jahit menggunakan trimmer. Perlu kehati-hatian agar tidak melewati batas yang sudah diukur. Apalagi ini pertama kalinya saya mengoperasikan trimmer. 

Finishing permukaan meja menggunakan HPL (High Pressure Laminate). Ini pertama kalinya saya mengaplikasikan HPL untuk finishing. Dan ternyata ribet. Harus ngelem pakai Aica Aibon, menunggu kering baru bisa ditempel.

Finishing kaki meja cari yang simpel saja. Kayu kaso ukuran 5 cm x 7 cm,  saya serut sampai halus kemudian di-cat semprot warna hitam. Alhamdulillaah semua sesuai rencana dan mesin jahit akhirnya duduk manis di lubang dudukannya. 


9. Boks Transit Setrikaan


Saya tidak mengacu referensi yang manapun saat membuat barang ini. Ini spontanitas saya saja agar bibi nyaman saat menyeterika.  Maka saya buatkan boks yang cukup besar. Panjang 112 cm, lebar 50 cm, tinggi 50 cm. Bahan multiplek 18 mm dengan finishing kertasive motif sonoma oak di bagian luar dan HPL putih glossy di bagian dalam. Boks disekat di bagian tengahnya. Ruang sebelah kanan untuk menyimpan pakaian yang sudah disetrika. Ruang sebelah kiri untuk menyimpan pakaian yang belum disetrika dan peralatan (setrika, alas setrika, semprotan pewangi). 

Dengan ukuran segitu, penutupnya cukup berat. Untuk mencegah tutup menimpa tangan, dipasang gas spring sebagai penahan. Agar gampang digeser, di bagian bawah dipasang empat buah roda. 

Boks transit setrikaan

10. Nakas


Si Genduk mulai senang membaca. Agar tambah semangat dalam belajar saya buatkan nakas gantung berlaci satu (floating single drawer night stand) yang dapat difungsikan sebagai meja belajar mini. Dalam dunia permebelan, nakas memiliki setidaknya dua penyebutan lain yaitu bedside table dan night stand. Untuk penerangan dipasang lampu lipat pada sisi kanan. 
 
Nakas gantung berlaci satu

11. Tatakan Al Qur'an


Saat membaca saya butuh kacamata baca. Meskipun begitu, tetap saja tidak nyaman jika tulisan terlalu kecil. Maka untuk Al Qur'an pun saya memilih yang besar. Repotnya saat mencari tatakan Al Qu'ran jarang ketemu yang sebesar itu. Terpaksa saya bikin sendiri. 

Bahan multiplek 18 cm. Di bagian belakang dipasang bubutan kayu randu sebagai pegangan. Tatakan Al Qur'an ini belum saya finishing. Karena tiap hari saya sentuh saya akan mem-finishing-nya dengan bahan ramah lingkungan yaitu natural oil.  

Tatakan Al Quran


12. Wadah Bola

Saya sempat uring-uringan sama anak. Dia minta dibelikan bola basket. Saat sudah dibelikan dia tidak care meyimpannya. Jarang dimasukkan rumah sehingga kena panas dan hujan. Bahkan dibiarkan tergeletak di tanah. Alhasil mengelupas di sana sini dan berjamur. Dalam hitungan bulan bola sudah berpindah ke tempat sampah.  

Saat saya belikan bola lagi, saya tidak ingin hal itu terulang. Maka saya buatkan wadah ini. Cukup dari  kayu-kayu sisa, multiplek 12 mm. Finishing dengan cat semprot. 

Alhamdulillaah Si Sulung jadi disiplin dan rapi menyimpan bola.  


Wadah bola


13. Kotak Jam


Ini proyek paling rumit sejauh ini. Boleh dibilang tingkat kesulitannya intermediate. Ukuran meleset sedikit saja bisa gagal. Kalaupun tidak gagal, minimal cacat. 

Untuk membuat barang ini saya tidak bisa lagi mengandalkan alat pertukangan yang selama ini saya punya, karena butuh akurasi potong yang baik. Apakah perlu membeli alat baru ? Tidak. Hanya saja perlu di-upgrade. Circular saw saya upgrade jadi table saw dan bor saya buatkan drill stand.  Nanti akan saya tulis tersendiri bagaimana saya meng-upgrade dua alat tersebut. Insya Allah. 

Body kotak dari multiplek 18 mm. Saya kombinasikan 2 macam multiplek. Warna coklat tua adalah multiplek kayu meranti. Sedangkan coklat muda adalah multiplek kayu albasa. Finishing natural oil. Sekat rak di dalam dari multiplek 9 mm.  Hardware (engsel dan kunci pengait) saya pilih yang bermotif hitam antik. 



Kotak jam - tampak luar

Kotak jam - tampak dalam


14. Papan Tulis Hitam

Si Genduk mulai aktif corat-coret. Jika tidak ada kertas ia akan mencoret-coret tembok. Jika tidak ada pensil ia akan memakai spidol. Jika spidolnya permanen akan susah dibersihkan. 

Maka saya buatkan papan tulis agar semangatnya mencoret-coret tersalurkan namun tembok tidak jadi korban. Papan berbahan multiplek 9 mm. Frame dari multiplek 18 mm utuh tanpa sambungan. Cat menggunakan cat hitam khusus untuk papan tulis yaitu Belmas Zinc Chromate.  

Akhirnya Si Genduk terlihat happy. mencoret-coret dan menulis di papan tulis barunya menggunakan kapur tulis legendaris ; kapur tulis Sarjana 


Papan tulis hitam

Papan tulis hitam

Kapur Tulis Legendaris


15. Alas Free Standing Stove


Saya tidak paham seri apa kompor lama saya ini. Yang saya tahu merknya Technogas. Kompor yang merupakan  free standing stove ini beratnya na'udzubillaah. Saya menggesernya sendirian masih kuat sih, tapi ya methentheng tenan. Denger-denger seri ini sudah discontinued. Digantikan dengan seri baru yang sekelas dengan bobot lebih ringan. 

Pernah si meong lagi kumat. Buang hajat bukannya nyari tempat berpasir, tapi malah nyelinap ke belakang kompor. Meski istri sudah gak tahan aromanya, dia tidak bisa berbuat apa-apa, Karena meski  ia dorong sekuat tenaga, kompor ini bergeming. Hingga saya pulang dan membereskan semuanya. 

Kalau begitu, baiklah saya buatkan alas agar si bandel ini mobile. Alas saya buat dari multiplek 18 mm dilengkapi roda kaster berpengunci ukuran 5 cm sebanyak 8 buah. Dalam kondisi stay roda dikunci, saat akan digeser kunci dibuka. 

Si bandel akhirnya nangkring dengan anggunnya di atas alas beroda ini. Sekarang tinggal didorong pelan saja ia sudah bergeser.

Alas kompor free standing stove

16. Gantungan Kunci


Kunci adalah salah satu barang yang mudah nyelip alias ketlingsut. Maka penting untuk mempunyai tempat yang pasti, dimana kunci harus disimpan. Maka saya buat barang ini. Bahan multiplek 18 mm,  digantung dengan french cleat system.  Gantungan menggunakan skrup tanda tanya no. 9. 

Finishing menggunakan HPL sisa bahan meja jahit.  


Gantungan kunci


17. Gantungan Alat Sholat


Sebelumnya anak-anak menaruh begitu saja sarung, sajadah, mukena setelah selesai sholat. Agar rapi saya buatkan gantungan khusus untuk barang-barang tersebut.  


Jumat, 20 Agustus 2021

Ditanggap nDalang di Kampung Jin

Photo : devianart.com


Saya mendapat cerita ini dari Bapak saya. Saya tidak mengenal pelakunya. Untuk kebenaran ceritanya wallaahu a'lam. Anggap saja ini cerita pengantar  tidur.

Alkisah di masa lalu bapak memiliki sahabat, sebut saja namanya Pak Kerto. Beliau tinggal di suatu kampung di pedalaman bernama Sidorejo. Selain petani yang tekun, beliau juga seorang dalang. Kehebatannya mendalang terkenal di seantero wilayah kami. 

Suatu hari, setelah seharian menggarap ladang, Pak Kerto bersiap pulang. Matahari mulai condong ke barat. Langit redup. Angin semilir mengusir panas tengah hari yang memecahkan kepala. Saat hendak beranjak, tiba-tiba berdiri di hadapannya seorang laki-laki. Entah dari mana dan kapan laki-laki itu datang. Dari penampakannya sepertinya sepantaran dengan Pak Kerto. 

"Kulonuwun Pak Kerto. Saya Nyono dari Kampung Grumpil. Bisa bicara sebentar?"   Laki-laki itu membuka percakapan. 

"Ada perlu apa kisanak, mendatangiku di ladang. Apakah tidak sebaiknya kita ke rumah agar lebih nyaman berbincang ? " Menilik raut muka dan nada bicara, Pak Kerto merasa ada hal penting yang akan Nyono sampaikan. Untuk itu ia menawarkan berembug di rumah. 

"Tidak perlu Pak Kerto. Di sini cukup"  Nyono menolak halus. 

Pak Kerto mengajak Nyono lesehan di pojok ladang, di bawah pohon sukun yang mulai berbunga. Nyono kemudian menyampaikan hajatnya. Kurang lebihnya, Kampung Grumpil sedang menyelenggarakan rangkaian acara adat desa. Puncaknya pada malam purnama ini dengan pagelaran wayang kulit. Namun untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, dalang yang seharusnya tampil tiba-tiba sakit. Nyono meminta Pak Kerto menggantikanya. 

"We lha, nDalang itu butuh persiapan je. Gak bisa mendadak begini" Jawab Pak Kerto.

"Jangan khawatir Pak, karena ini cuma menggantikan, semuanya sudah siap. Panggung, wayang, gamelan, niyaga, sinden semua sudah siap" Nyono mencoba meyakinkan. 

"Terus terang saya belum pernah dengar nama kampungmu. Seberapa jauh dari sini ?" Tanya Pak Kerto menyelidik. Sebetulnya Pak Kerto tidak berkenan dengan permintaan ini. Tapi sudah adatnya orang desa sulit untuk menolak terang-terangan. Pertanyaan ini hanya modus, kalau-kalau jawabannya bisa untuk berkelit dari permintaan ini. 

"Jalan kaki 2 jam Pak. Gak ada cara lain kecuali jalan kaki. Tapi jangan khawatir. Kami siap membayar berapapun honor yang Bapak mau. Yang penting acara wayangan ini terselenggara agar kami tidak malu di hadapan warga kampung" Nyono mulai mendesak karena melihat gelagat penolakan Pak Kerto. 

Wajah Pak Kerto semburat merah. Sepertinya ia tersinggung. Menyebut-nyebut bayaran adalah sesuatu yang tabu baginya. Apalagi menolak permintaan hanya karena bayaran yang tidak cocok. Itu  lebih tabu lagi. Dan ia tidak mau dianggap seperti itu. 

"Yoi wis, tapi saya perlu pamitan istri dan ambil baju mendalang dulu" Suara Pak Kerto meninggi. Bergegas ia melangkahkan kaki tanpa menunggu jawaban. Nyono mengikutinya dari belakang. 

Langit barat semburat jingga. Dari ladang ke rumah Pak Kerto butuh waktu setengah jam. Menjelang rumah Pak Kerto, tiba-tiba Nyono bersuara.

"Pak Kerto, seperti yang saya sampaikan tadi, seluruh perlengkapan sudah disiapkan, termasuk kostum. Sebaiknya Pak Kerto pamitan dari luar rumah saja. Kalau masuk rumah pasti ujung-ujungnya mengerjakan yang lain-lain dulu. Nanti kita terlambat. Ini sudah surup *), Pertunjukan dimulai jam 8 malam, takut gak kekejar" 

"Saya harus memulangkan cangkul dulu" Jawab Pak Kerto agak ketus.

Sampai di depan rumah Pak Kerto melempar cangkul dengan kasar ke halaman rumahnya yang luas sambil berteriak kepada istrinya "Nyi, saya pergi dulu. Ada yang nanggap malam ini" 

"Sekarang unjukin saya jalannya"   Perintah Pak Kerto. Nyono segera beralih ke depan.

Perjalanan malam itu benar-benar asing bagi Pak Kerto. Ia sama sekali tidak mengenali arah jalan. Nyono juga tidak banyak cakap. Beruntung bulan purnama di langit menerangi perjalanan. Apalagi jalan yang dilalui cukup lebar dan rata. 

Singkat cerita pertunjukan malam itu lancar jaya. Warga Kampung Grumpil mengelu-elukan Pak Kerto. Saat adegan goro-goro penonton terbahak-bahak mendengar lawakan para punakawan. Demikian pula saat adegan Limbuk dan Cangik. Saat adegan perang penonton bertepuk tangan riuh dan bersuit-suit. Salah satu kelebihan Pak Kerto memang di sabetan. Saat adegan perang, ia mampu memainkan 3 wayang sekaligus seperti juggling

Pertunjukan berakhir jam 5 pagi. Beres berganti pakaian Pak Kerto didatangi Nyono yang membawa segepok uang. Pak Kerto terkesiap. Seumur-umur mendalang belum pernah ia dibayar sebanyak itu. 

"Matur nuwun Pak Kerto, sudah menghibur kami malam ini. Titip sedikit buat anak istri Bapak di rumah"  Nyono berbasa-basi sambil menyusupkan uang tersebut ke kantong celana Pak Kerto. 

"Nggih sami-sami Pak Nyono " Jawab Pak Kerto sumringah. 

Segera Nyono mengantar Pak Kerto pulang. Kali ini Nyono hanya bersedia mengantar sampai batas desa, karena harus membantu membereskan sisa-sisa pertunjukan semalam, katanya. Pak Kerto tidak keberatan. Kantong celananya yang menggumpal sudah cukup baginya untuk memaklumi apapun yang dikatakan Nyono. 

Di batas desa Nyono mengucapakan kata perpisahan dan terima kasih sekali lagi. Pak Kerto melanjutkan perjalanan. Beberapa langkah berjalan, Pak Kerto tergoda menengok. Warakadah ..... Nyono tak lagi terlihat. Jalan yang semula lapang dan rata itupun raib entah kemana. Yang terlihat hanya hutan lebat yang seolah belum terjamah manusia. 

"Lha dalah, wedhus ki" Pak Kerto mengumpat dalam hati. Dia mulai menyadari ada yang tidak beres. Namun tak terbersit sedikitpun rasa takut. Dalang tidak pernah gentar dengan hal-hal beginian. Yang ada dalam pikirannya sekarang hanyalah bagaimana mencari jalan pulang agar cepat sampai rumah. Namun ia ragu bertanya jika bertemu orang.  

"Ntar kalau yang ditanya ternyata sejenis si wedhus Nyono, malah saya disesatkan lagi" Batinnya masih jengkel. 

Susah payah ia menerka-nerka arah. Jalan yang semalam lebar dan lapang tidak lagi terlihat. Berganti jalan berbatu, berlumpur naik dan turun laren *). Di beberapa tempat ia mentok di jalan buntu sehingga harus memintas melintasi ladang dan kebun orang. Menjelang waktu Isya, akhirnya ia sampai di batas Kampung Sidorejo.  Aneh, jarak yang semalam ditempuh dalam 2 jam itu sekarang butuh waktu sehari penuh. Hatinya mulai tenang. Langkahnya mulai pelan. Selain kelelahan ia juga tidak lagi merasa perlu tergesa sampai rumah. 

Sekira habis Isya sampailah ia di depan rumahnya. Yang membuat ia heran, rumahnya terang-benderang. Lampu petromak, lampu yang hanya dinyalakan saat  hajatan itu, dipasang di beranda dan ruang depan. Dari dalam rumah terdengar orang ramai membaca tahlilan, kegiatan yang digelar jika ada anggota keluarga meninggal. Istriku ... anakku ... jantungnya berdegup kencang. Setengah berlari ia menghambur ke dalam rumah dan bertanya "Sinten sing seda (siapa yang meninggal)? "  

Tiba-tiba kejadian yang tidak ia duga terjadi. Peserta tahlilan lari berhamburan menyingkir. Ibu-ibu berteriak histeris. Tinggal ia sendirian di tengah ruangan, berdiri termangu tidak paham apa yang terjadi. Beberapa saat tidak ada yang bersuara. Bahkan istrinya hanya berani mengintip dari balik pintu dengan perasaan tidak karuan. 

Tiba-tiba, Bardo, adiknya yang menjadi kyai di kampung sebelah, dan pemimpin tahlilan malam itu,  berjalan perlahan mendekatinya. 

"Ini Kang Kerto ?" Tanyanya. Tangannya menunjuk Pak Kerto. Keraguan yang dalam terlihat dari sorot matanya.  

"Lha iya tho Bar. Sopo maneh (Ya iyalah Bar. Siapa lagi)"  Jawab Pak Kerto berusaha meyakinkan Bardo. 

Akhirnya mereka berdua duduk untuk menjernihkan persoalan. Peserta tahlilan yang semula menjauh mulai merapat kembali. 

Bardo lalu bercerita bahwa tahlilan malam itu adalah tahlilan 40 hari meninggalnya Pak Kerto. Diceritakan pula bahwa 40  hari yang lalu, saat waktu Maghrib istri Pak Kerto mendengar suaminya memanggilnya dari luar rumah. Tapi saat dibukakan pintu yang ada hanyalah jasad suaminya yang terbujur kaku di halaman dalam keadaan meninggal. Maka oleh warga dimakamkanlah jenazah itu serta diselenggarakan rangkaian ritual yang menyertainya termasuk tahlilan pada malam itu. 

Pak Kerto keheranan.  "Wis, wis pada gendeng kabeh.  Aku pergi cuman sehari semalam, kenapa kalian bilang 40 hari ?" Pak Kerto ngedumel sambil geleng-geleng kepala. 

Lalu ia bersumpah pada hadirin bahwa ia masih hidup, dan yang ada di hadapan mereka benar-benar Kerto, warga Kampung Sidorejo yang jago dalang itu. Lalu ia gantian menceritakan kejadian yang dialaminya. 

Yakin itu suaminya, sang istri yang sedari tadi hanya menguping dari balik pintu,  berlari memeluk Pak Kerto sambil menangis tersedu-sedu. Tak henti-hentinya ia mengucapkan syukur. Pak Kerto segera merogoh saku hendak menyerahkan uang hasil mendalang kepada istrinya. Namun ia terkejut. Tidak ada uang segepok di kantongnya. Yang ada hanya segepok daun diikat akar pohon.  

"Trus yang kita makamkan saat itu siapa?" seorang warga berteriak dari tengah kerumunan. Riuh warga menimpali ucapan itu. Semua keheranan. 

 "Ya sudah, kita bongkar makam, malam ini juga" Ujar Bardo.  

Meski waktu sudah menunjukkan hampir jam 9 malam, warga tetap berangkat ke makam. Semua shock saat melihat isi 'kuburan Pak Kerto' yang mereka bongkar. Cangkul Pak Kerto yang dilempar malam-malam itu terbujur tenang di liang lahat, dengan kain kafan yang masih rapi membungkusnya. Pak Kerto tidak mau mengambilnya lagi. Warga menaruhnya di pojok makam, siapa tahu penggali kubur dapat memanfaatkannya. 

"Nyono ki cen wedhus tenan. Ngerjain orang gak kira-kira. Orang sekampung dikibulin" Kutuk Pak Kerto dalam perjalanan pulang. 

Hari-hari kemudian Pak Kerto merasa istrinya lebih menyayanginya. Apapun perkataanya selalu dituruti dan apapun larangannya selalu dijauhi. Ia juga terlihat lebih hormat kepada suami. "Mungkin ia baru sadar gak enaknya ditinggal suami, meskipun hanya 40 hari, he..he..he." Pak Kerto membatin sambil senyum-senyum sendiri. 

"Ternyata ada gunanya juga kowe Nyono. Tapi awas jangan coba-coba nge-prank yang kedua kalinya kalau gak ingin saya kepruk pacul. Dan ingat, kamu masih berhutang honor ndalang satu malam" Pak Kerto ndremimil di tengah ladang seakan ada Nyono di dekatnya. Sejenak kemudian senyumnya merekah melihat tanaman jagung yang sebulan lagi panen. Tak berlama-lama ia lanjutkan lagi kegiatannya yang tertunda, menyiangi rumput yang mulai meninggi. 

*) Surup : Saat-saat menjelang Maghrib. Waktu yang dipercaya saat itu makhluk dari alam lain sedang berkeliaran. Di kampung, orang tua akan menyuruh anak-anaknya masuk rumah pada jam-jam tersebut.   
*) Laren : jurang kecil dan dangkal

Sabtu, 21 November 2020

Standar Operasional Prosedur. What's ?

Photo : linovhr.com


Pernah, suatu kali, di sebuah lingkungan kementerian 'ternama', selesai bubaran suatu acara, seorang pegawai menenteng goodie bag bertuliskan besar-besar, terang-benderang, berbunyi Sosialisasi Standar Operasional Prosedur bla..bla..bla..  Kali lain, saya mendapat surat dari kementerian lain yang tidak kalah bonafidnya, dengan pokok surat 'Permintaan masukan atas draft Standar Operasional Prosedur bla .. bla .. bla ..

Lalu saya berkelana dari website suatu kementerian ke website kementerian yang lain. Ternyata semua mempunyai peraturan menteri dengan subyek Standar Operasional Prosedur.  

Hemm.., boleh minta waktunya sebentar untuk ngobrol teman-teman ?  

Pada awalnya adalah SOP alias Standard Operating Procedure. Bahasa Inggris ya Bro ! 

Lalu ada yang menerjemahkan menjadi seperti di atas.  Ada juga variasi terjemahan yang  lain, misalnya Standar Operasi Prosedur, Standar Operasional dan Prosedur. 

Saya melihat ada masalah dalam penerjemahan tersebut. Singkat kata, dilihat dari hukum DM ( diterangkan - menerangkan ), mana kata yang  diterangkan dan mana kata yang menerangkan gak jelas blas ! Itu  hanya seperti tiga kata benda yang dijajarkan begitu saja. 


Hukum D-Msingkatan dari "diterangkan-menerangkan", adalah aturan dalam tata bahasa Bahasa Indonesia yang menyebutkan bahwa "baik dalam kata majemuk maupun dalam kalimat, segala sesuatu yang menerangkan selalu terletak di belakang yang diterangkan.[1]  

Istilah ini dicetuskan oleh Sutan Takdir Alisjahbana dalam bukunya Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1936

Alisjahbana menyebut bagian yang diterangkan sebagai pokok isi dan bagian yang menerangkan sebagai sebutan isi.

Hukum ini merupakan salah satu pembeda antara bahasa Indonesia (juga bahasa-bahasa lain yang termasuk rumpun Austronesia) dengan bahasa yang tergolong dalam rumpun Indo-German, seperti bahasa Belanda dan bahasa Inggris, yang memiliki struktur M-D (menerangkan-diterangkan). Misalnya, schoolbuilding (Inggris) 'bangunan sekolah', gouverneurkantoor (Belanda) 'kantor gubernur'.[2]         

Contoh lain, misalnya dalam Bahasa Inggris, untuk menyebut teknik menulis yang bagus, kita menggunakan kata good writing technique
  • Good adalah kata sifat, good menerangkan writing technique, good MENDAHULUI writing technique. 
  • Good adalah sebutan isi. Sementara writing technique adalah pokok isi. Mengikuti hukum MD.  
Jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia maka ia menjadi teknik menulis (yang) bagus
  • Bagus adalah kata sifat, bagus menerangkan teknik menulis, bagus MENGIKUTI teknik menulis
  • Bagus adalah sebutan isi. Sementara teknik menulis adalah pokok isi. Mengikuti hukum DM.  
Jika pola di atas diterapkan untuk Standard Operating Procedure (SOP), maka akan kita dapatkan rincian sebagai berikut :  
  • Standard adalah kata sifat, standard menerangkan operating procedure, standard terletak SEBELUM operating procedure. 
  • Standard adalah sebutan isi. Sementara operating procedure adalah pokok isi. Mengikuti hukum MD. 
Maka saat diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia harusnya menjadi : Prosedur Operasi Standar (POS) 
    • Standar adalah kata sifat, standar menerangkan prosedur operasi, standar terletak SETELAH prosedur operasi. 
    • Standar adalah sebutan isi. Sementara prosedur operasi adalah pokok isi. Mengikuti hukum DM.

Lalu sebenarnya apa masalah utamanya sehingga banyak yang menerjemahkan SOP sebagai Standar Operasional Prosedur dan yang semisalnya ? Asumsi penulis setidaknya ada 4 penyebab sebagai berikut :

1. Ada banyak singkatan di Indonesia dimana standar berlaku sebagai kata benda dan berposisi sebagai kata pertama.

Misalnya SAP  (Standar Akuntansi Pemerintah),  SNI (Standar Nasional Indonesia),  SII (Standar Industri Indonesia), dan lain-lain. 

Lalu banyak orang mengira singkatan SOP merupakan singkatan dalam Bahasa Indonesia sehingga saat menerjemahkan tidak merasa perlu mengubah urutannya. 

2. Gagal paham subyek utama

Akibat lebih lanjut dari nomor 1 di atas, penterjemah mengira subyek utamanya adalah standar. Mereka 'gagal paham' bahwa subyek utama yang sedang dibicarakan sebenarnya adalah prosedur. 

3. Ketiga kata tersebut telah diserap dalam Bahasa Indonesia 

Ketiga kata tersebut telah diserap ke dalam Bahasa Indonesia dengan pelafalan yang sama. Standard menjadi standar, operating/ operate/ operational menjadi operasi/operasional, procedure menjadi prosedur. Sehingga saat ketemu Standard Operating Procedur serta merta diterjemahkan menjadi Standar Operasional Prosedur, dan lupa bahwa struktur singkatan itu berasal dari kaidah Bahasa Inggris. Sehingga jika diterjemahkan harus diubah strukturnya dari MD menjadi DM. Dari SOP menjadi POS. 

4. Kata standard merupakan kata 'berkelamin ganda' 

Standard merupakan kata 'hermafrodit' alias 'berkelamin ganda'. Ia dapat berperan sebagai kata benda (noun) sekaligus  kata sifat (adjective).  Berikut jika kita merujuk ke kamus online www.dictionary.com


Photo : www.dictionary.com






















Dalam Bahasa Indonesia pun demikian. Sebagai contoh, perhatikan dua kalimat di bawah ini :
  1. Dia dikeluarkan dari sekolah karena mempraktekkan perilaku yang tidak standar.
  2. Dia dikeluarkan dari sekolah karena perbuatannya yang tidak sesuai standar perilaku siswa.
Standar dalam kalimat pertama merupakan kata sifat yang berarti baku, sesuai aturan yang berlaku, sesuai kode etik.Sementara pada kalimat kedua merupakan kata benda yang berarti acuan, pedoman, ukuran, aturan, dasar.

PENUTUP

Anda tahu ATM ? Tentu dong. ATM adalah Automatic Teller Machine. Kepanjangan versi lain adalah Automated Teller Machine.  Jika diterjemahkan secara harfiah alias letterlijk harusnya menjadi Mesin Kasir Otomatis yang jika disingkat MKO. 

Tapi ....... pernahkan Anda mendengar istilah itu ? Mau kemana Bro ? Mau ke MKO, ambil duit. He..he.. belum dan tidak pernah khan ? 

Yang familiar di kita adalah ATM dengan kepanjangan Anjungan Tunai Mandiri. Dan semua paham bahwa yang dimaksud adalah Automatic Teller Machine yang itu. 

Dalam hal ini yang kita lakukan adalah melakukan adaptasi istilah ATM dalam Bahasa Inggris menjadi ATM dalam Bahasa Indonesia tidak dengan menerjemahkannya secara akurat secara tata bahasa dan akurat kata-perkata. Tetapi membuat kat penggantinya 
yang mudah dipahami khalayak. 

Kembali ke laptop !

Jika SOP dalam Bahasa Indonesia kita adalah terjemahan SOP Bahasa Inggris maka sadarilah selama ini kita menggunakan terjemahan yang salah. 

Tetapi jika SOP  dalam Bahasa Indonesia kita adalah adaptasi dari bahasa Inggris, maka lupakan saja tulisan saya ini. Karena yang terpenting bukan apakah ia benar secara tata bahasa tetapi yang terpenting adalah apakah ia mudah dipahami oleh khalayak.  

Anggap saja ini sekadar 'cubitan kecil' agar kita untuk tetap, lagi dan lagi menjaga akal sehat dan daya kritis kita. 


[1] Alisjahbana, S. Takdir (1983). Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia (Cetakan ke-44). Jakarta: Dian Rakyat. hlm. 73––75,    

[2] Badudu, J.S. (Sep 2003). "Hukum DM dalam Bahasa Indonesia". Intisari.


Selasa, 27 Oktober 2020

Investasi Bodong, Masihkah Akan Berulang?

Photo : www.pixabay.com

Tulisan saya ini dimuat di neraca.co.id tanggal 10 Februari 2020.  Saya tulis kembali di sini - dengan beberapa perbaikan- agar lebih banyak orang bisa memetik manfaatnya. Tulisan di neraca.co.id bisa dibaca di link ini

Seorang teman berseloroh “Di Indonesia, jangankan investasi bodong, kerajaan bodong saja banyak pengikutnya”. Sebuah kalimat satire yang jika direnungkan ada benarnya juga.

Hari-hari ini masih hangat berita tentang investasi bodong MeMiles. Sebuah penipuan investasi, yang dalam tempo enam bulan berhasil menarik 264 ribu nasabah dan mengumpulkan dana hingga Rp. 750 milyar, sebelum akhirnya terbukti merupakan aksi tipu-tipu dengan skema Ponzi ; reward yang diterima nasabah berasal dari setoran nasabah berikutnya.

MeMiles hanya salah satu kasus, dari sekian banyak kasus penipuan investasi, bisnis dan MLM bodong di Indonesia. Kasus lainnya sebut saja Arisan MMM, Pandawa Group, investasi Intan Haji Lihan, Dimas Kanjeng, Kampoeng Kurma, Properti Syariah, Jabon, First Travel, United Swissindo dan lain-lain.

Kerugian masyarakat akibat penipuan tersebut cukup besar. Otoritas Jasa keuangan (OJK) mencatat dalam rentang 2008 – 2018, kerugian masyarakat mencapai 88,8 trilyun. Tentu saja ini hanya yang terpantau dan tercatat. Sepanjang interaksi penulis dengan para korban, utamanya di pedesaan, mayoritas mereka tidak memperpanjang urusan dengan, misalnya, menempuh jalur hukum. Mereka khawatir kerugian justru akan bertambah, karena proses hukum butuh biaya. Sementara dana belum tentu kembali. Yang demikian pasti tidak terpantau dan tercatat oleh otoritas.

Selain bentuk dan skema investasi yang semakin beragam, pelaku juga semakin kreatif dalam menjerat korban. Salah satunya dengan memanfaatkan teknologi informasi. Pada Mei 2016 Kaspersky Lab dan B2B Internasional merilis hasil penelitian yang menyebutkan 26 persen konsumen Indonesia kehilangan uang akibat penipuan daring (online). Hal itu menjadikan Indonesia menjadi negara dengan korban penipuan daring tertinggi di dunia, diikuti oleh Vietnam (25 persen) dan India (24 persen).

Pertanyaannya kemudian, mengapa sebagian masyarakat begitu gampang tergiur dengan iming-iming investasi yang, bagi yang berfikir normal, tidak masuk akal ? 

Faktor pertama patut diduga adalah ketamakan (greedy). Sebagai contoh MeMiles menawarkan reward berupa Mobil Fortuner hanya dengan menyetor uang sebesar Rp. 8,4 juta. Sebagian dari korban bukan mereka yang kekurangan secara materi. Dia mampu membeli mobil tersebut dengan uang sendiri, tapi tentu tidak seharga 8,4 juta. Didorong oleh sifat tamaknya, mereka yang sudah berkelimpahan materi ingin mendapatkan lebih banyak lagi dengan cara gampang. Bahkan rata-rata mereka berpendidikan cukup, dan tidak gagap teknologi. Jika mau, ia dengan gampang dapat mengakses informasi tentang mana investasi yang legal dan yang tidak. Tetapi ketamakan telah menjauhkan mereka dari melakukan itu.

Erich Fromm (1900 - 1980), seorang filsuf humanis, psikoanalis, dan psikolog sosial- mendefinisikan ketamakan sebagai suatu jurang tanpa dasar yang menguras energi seseorang dalam upaya tanpa henti untuk memenuhi satu kebutuhan tanpa pernah mencapai kepuasan. Termasuk di dalam ketamakan adalah egoisme.

Faktor kedua adalah ketidaktahuan. Hal ini terutama terjadi pada korban di daerah pedesaan. Banyak pelaku menyasar mereka dengan pertimbangan pendidikan mereka yang rendah, keterbatasan akses informasi dan keterbatasan akses bantuan hukum. 

Penulis mengalami sendiri betapa sulitnya menjelaskan kepada mereka bahwa investasi yang mereka ikuti, selain ilegal juga bodong. Dus alih-alih untung, yang ada malah buntung. Harapan yang melambung menutup mata dan telinga mereka dari penjelasan. Saat bangunan skema Ponzi runtuh mereka hanya bisa pasrah tak berdaya. 
 
Cerita akhirnya bisa ditebak : terlepas apakah pelaku diproses hukum atau tidak yang sudah pasti adalah uang mereka tidak kembali. Korban tipe kedua ini bisa jadi tidak kalah banyaknya dengan korban tipe pertama.

Enough is enough. Sudah saatnya pemerintah bersama-sama masyarakat menghentikan semua ini. Secara struktural pemerintah telah memiliki perangkat yang bertanggung jawab atas hal ini, yaitu OJK. Sebuah institusi yang memiliki visi menjadi lembaga pengawas industri jasa keuangan yang terpercaya, melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat, dan mampu mewujudkan industri jasa keuangan menjadi pilar perekonomian nasional yang berdaya saing global serta dapat memajukan kesejahteraan umum.

Dalam upaya memaksimalkan perlindungan konsumen dan masyarakat OJK membentuk Satgas Waspada Investasi yang merupakan kolaborasi antara tujuh instansi yaitu OJK, Kementerian Perdagangan, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM), Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo), Kejaksaan Agung, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri).

Pada 2019 OJK telah menghentikan 444 entitas investasi bodong, meliputi perdagangan valuta asing tanpa izin, investasi money game, equity crowdfunding ilegal, multilevel marketing tanpa izin, perdagangan kebun kurma, investasi properti, penawaran investasi tabungan, penawaran umrah, investasi cryptocurrency tanpa izin, dan koperasi tanpa izin.Angka ini terus meningkat dari yang 2018 sebanyak 108, dan tahun 2017 sebanyak 80.

OJK secara terus menerus melakukan edukasi kepada masyarakat baik online maupun offline. Di website-nya OJK menyediakan daftar perusahaan invetasi maupun fintech, baik yang berijin maupun tidak, sebagai referensi bagi nasabah saat akan menginvestasikan uangnya.

Namun demikian, bagi mereka yang tamak, seberapapun lengkap dan jelasnya informasi yang disediakan OJK, sepertinya mereka tidak akan mengacuhkan. Bahkan, tahukah Anda beberapa orang yang paham skema Ponzi, sengaja mengambil keuntungan dengan strategi hit and run ; saat ia yakin investasi tersebut masih dalam periode awal ia bergabung dan segera keluar saat sudah mendapatkan hasilnya. Dengan kata lain, ia dengan sadar mengambil keuntungan dari kerugian nasabah berikutnya. Dan bagi mereka yang punya keterbatasan akses informasi, seberapapun lengkap dan jelasnya informasi yang disediakan OJK mereka tidak bisa memanfaatkan itu.

Penulis berpendapat perlu ada pendekatan baru dalam memerangi investasi bodong. OJK perlu ‘beroperasi secara teritorial’ ; menjalin kerjasama dengan struktur pemerintahan hingga level terendah yaitu Rukun Tetangga (RT). Kepengurusan RT berikut jajarannya beserta warganya diberdayakan sebagai ujung tombak edukasi masyarakat sekaligus ‘mata dan kuping’ OJK. Dengan ini diharapkan, jika ada aktifitas yang patut diduga investasi bodong dapat dideteksi lebih dini sebelum memakan korban lebih banyak. 

Kaki tangan penjahat investasi itu sering menjaring korbannya dengan bergerilnya dari pintu ke pintu, dari gang ke gang, dari tempat nongkrong satu ke tempat nongkrong lainnya, maka ia perlu dihadapi di ‘medan perang’ yang sama. Dengan ini, dalam jangka pendek diharapkan gerak penjahat investasi dapat dibatasi. Dan dalam jangka panjang diharapkan akan terbentuk masyarakat yang sadar investasi legal sekaligus waspada investasi bodong, yang pro aktif melaporkan setiap kali ada dugaan investasi bermasalah.

Penegakan hukum yang tegas dan proses hukum yang transparan wajib terus dilakukan dan digaungkan untuk menyampaikan pesan kepada siapapun yang memiliki niat jahat dalam investasi, bahwa pemerintah siap dan selalu hadir untuk melindungi konsumen dan masyarakat.

Pada akhirnya, calon investor, siapapun dia, perlu memegang prinsip dalam dunia investasi bahwa “too good is not good”. Jika pengelola menjanjikan return yang fantastis kemungkinan besar investasi yang ditawarkannya bodong. 

Setor Rp. 8,4 juta dapat Fortuner ? Fix, bodong !