Kamis, 27 Februari 2020

My Paranormal Experiences

Photo : hartalangit.blogspot.com



Kali ini saya ingin menulis yang agak serius. Adakah yang lebih serius di dunia ini selain cerita tentang hantu ? Eh .... maksud saya bukan serius, tapi menyeramkan. Wkwkwk...

Saya orang kampung. Adalah biasa anak kampung akrab dengan cerita perhantuan. Baik yang saya alami sendiri maupun yang dialami oleh orang-orang di sekitar saya. Sialnya, yang saya alami hanya sedikit. Mungkin 'mereka' tidak selera mencandai saya kali yak ?

Mari kita mulai teman.

Cerita 1 : Ketindihan

Dulu di rumah saya, terdapat kamar yang tidak ada orang yang berani tidur di dalamnya. Kakak saya pernah mencobanya, dan akhirnya kabur karena di tengah malam, tiba-tiba didatangani sepotong tangan yang membara seperti besi terbakar, hendak mencekiknya. 

Lalu pada suatu malam, dengan gaya sok berani, saya sengaja tidur di situ, dengan keyakinan penuh tidak akan terjadi apa-apa. Lalu apa yang terjadi terjadilah. Dalam keadaan belum tidur, kesadaran masih utuh dan tak terbersit sedikitpun rasa takut, tiba-tiba mulut saya menggigau tidak karuan. Saya berusaha diam, tapi tidak bisa. Mulut saya tidak bisa saya kuasai, seperti dibajak entah oleh siapa.

Tetapi tidak ada penampakan apapun sodara-sodara. 

Ibu yang sedang menonton TV di kamar tengah segera menghambur ke dalam kamar dan bertanya 

"Ada apa Le ?" 

Mendengar ucapan ibu tersebut, tiba-tiba kendali atas mulut saya kembali.

"Gak ada apa-apa Bu" Jawab saya 
"Trus, kenapa ngigau kayak gitu" Lanjut ibu saya
"Gak tahu Bu. Pengennya diem tapi mulut gak bisa dikendalikan"
" Lagian, ngapain tidur di sini segala. Kurang kerjaan aja. Udah, pindah kamar depan sana"

Yaaah, penonton kecewa dong. Padahal saya sudah niat mau teruskan sampai pagi, untuk membuktikan tidak ada yang perlu ditakutin dari kamar itu. Tapi jika Ibu sudah bertitah, tak sanggup pula saya membantahnya. Mission failed !

Dengar dari orang-orang kejadian seperti itu biasa disebut ketindihan.

Cerita 2 : Apakah Ia Genderuwo ?

Suatu malam, ibu terbangun dari tidurnya karena mendengar langkah kaki, berlari tergesa, gedubrak-gedabruk, masuk halaman rumah. Jam menunjukkan sekitar pukul 11 malam.

Ternyata mereka adalah adik saya dan seorang temannya. Ibu segera membukakan pintu dan bertanya.

"Ada apa Le ? "
"Ceritanya nanti saja Bu, sekarang minta air minum dulu" Jawab adik saya gemetaran, terengah-engah dengan wajah pucat pasi.

Setelah keduanya tenang mulailah mereka bercerita.

Alkisah mereka baru pulang dari menghadiri acara di masjid kampung saya yang berjarak kurang lebih satu kilometer. Saat itu, listrik belum masuk kampung kami. Jalan, meskipun sudah beraspal bagus, kalau malam gelap gulita tanpa penerangan lampu. Di kiri kanan rimbun ditumbuhi pepohonan, terutama pohon bambu. Di beberapa tempat bambu dari sisi kanan dan kiri merunduk dan bertemu di atas jalan membentuk lorong panjang. Saat bulan mati, tanpa senter Anda tidak akan bisa melihat arah jalan.

Beruntung malam itu bulan purnama. Sehingga jalanan tidak terlalu gelap. Mereka berdua jalan dengan santai sambil bercengkerama. 

Tiba-tiba mereka merasa ada yang mendahului. Sekelebat ada bayangan lewat di samping. Pada awalnya mereka tidak memedulikan dan meneruskan senda guraunya.

Hanya saja tiba-tiba mereka sadar. Keanehan sedang terjadi. Bayangan yang mendahului mereka, yang seharusnya semakin jauh semakin kecil, justru semakin besar dan semakin tinggi. Terus membesar dan meninggi. Saking besar dan tingginya cahaya purnama yang semula terang benderangpun tertutup sama sekali.  Jadilah mereka benar-benar dikurung kegelapan hingga tak dapat melihat apapun.

Menyadari hal itu seketika mereka ambil langkah seribu. Jarak dari tempat kejadian dengan rumah sekitar 1/2 kilometer.  Saat berlari mereka sangat khawatir kalau-kalau bayangan itu mengikutinya. Untungnya tidak.

Ibu menasehati agar mereka segera cuci muka dan segera tidur dan tidak terlalu memikirkan kejadian barusan. Sambil berusaha memejamkan mata, mereka hanya bisa menebak-nebak, apakah itu yang dinamakan Genderuwo ?

Cerita 3 : Tuyul Ngusilin Fans MU


Pada rentang 1992 - 1997 saya bertugas di KPKN (Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara) Padang. Suatu hari saya mendapatkan tawaran dari Kasubag Umum untuk menempati paviliun kantor yang sudah lama tak terpakai.

"Daripada kontrak rumah mending tinggal di sini Wan. Uangnya bisa buat kebutuhan yang lain" Katanya meyakinkan saya.

Butuh dua hari untuk membereskan paviliun itu agar layak ditinggali. Dibantu cleaning service, berkarung-karung arsip dokumen saya pindahkan ke gudang. Kotoran dan sarang laba-laba kami bersihkan. Debu-debu kami pel sehingga bau pengap hilang.

Tinggal di tempat itu, sejujurnya, cukup menantang. Tempatnya di sudut belakang kantor, gelap saat malam dan agak tersembunyi. Jika terjadi sesuatu, bahkan, satpam yang berjaga di depanpun tidak akan tahu. Jika malam-malam butuh berwudhu atau menunaikan hajat harus turun ke lantai satu, menyusuri lorong yang gelap gulita yang cukup jauh, baru sampai toilet.

Sebulan tinggal sendirian semua aman terkendali.  Pada bulan kedua saya mendapat tambahan pasukan. Adik kelas saya, sebut saja Gambleh, ikut bergabung. Alhamdulillah. Bisa jadi teman ngobrol menjelang tidur.

Hingga suatu pagi ....

Sebut saja, Ronaldo, adik kelas saya yang lain, tiba-tiba datang ke ruang kerja saya.

" Mas pinjam kunci paviliun dong " Pintanya.
" Mau ngapain Ron ?"
" Mau numpang tidur Mas, semalem lembur"

Oh, saya paham. Pasti semalem dia nonton Liga Inggris sampai pagi. Dia memang fans fanatik Manchester United yang semalem maen.

Kunci saya serahkan, ia lalu bergegas menuju paviliun. Saya kembali melanjutkan pekerjaan.

Berselang 15 menit tiba-tiba Ronaldo menghambur ke ruangan saya dengan wajah pucat pasi dan nafas memburu, sambil menyerahkan kembali kunci paviliun.

"Ada  apa Ron?" Tanyaku penasaran
"Gak jadi numpang tidur Mas" Jawabnya sedikit gemetar.
"Loh, kenapa ? " Tanyaku lagi

Lalu berceritalah ia tentang apa yang baru saja dialaminya.

Menurutnya saat ia berbaring dan berusaha memejamkan mata, dalam kondisi antara terjaga dan tidur, tiba-tiba muncul sesosok anak kecil, botak, mengitarinya. Yang menyeramkan adalah setiap kali anak kecil itu memutarinya satu kali, ia membelah jadi dua. Memutari dua kali, membelah jadi empat, dan seterusnya. Sampai akhirnya ruangan itu penuh anak kecil dengan suara riuh. Tak kuat menahan rasa takut, ia langsung bangkit, ambil langkah seribu dan lari ke ruangan saya.

Duh, serem juga cerita kau Ron. Tapi, apa boleh bikin, saya tetap lanjut tinggal di situ. Ngeri-ngeri sedap juga sih sebetulnya. Apalagi kalau Gambleh pergi ngelayap entah kemana dan baru pulang malam-malam. Tapi sampai saya pindah dari situ, tak ada sesuatu kejadian ganjil atau aneh-aneh yang menimpa saya. Alhamdulillah

Cerita 4 : 'Hantu' Gedung Belanda

Saat istri hamil anak kedua, ibu mertua memintanya pulang ke Dumai. Mertua kasihan melihat anaknya hamil sambil mengurusi anak pertama yang baru berumur lima bulan. 

Jadilah saya bujang lokal. Sehari dua hari pulang kerja tanpa disambut istri, it's okay Man. Tapi setelah seminggu akhirnya suntuk juga. Buat apa sampai rumah isya, tidak ada yang menyambut, besok pagi subuh berangkat lagi. Akhirnya saya putuskan untuk tidur di kantor sahaja. Dan itulah akhirnya yang terjadi; tidur di kantor sendirian, selama 6 bulan, di gedung yang berdiri sejak jaman Belanda, dengan banyak cerita horor yang beredar. 

Terjadi kejadian mistis ? Alhamdulillah hanya dua kali, hanya ecek-ecek, dan saya masih berusaha mencari pembenaran bahwa itu hanya karena perasaan saya saja, dan bukan sesuatu yang bersifat supranatural. 

Kejadian pertama saat bulan puasa. Sebagai 'bujang lokal' yang tidur di kantor, acara buka puasa masjid kantor adalah acara yang ditunggu-tunggu. He..he.. 

Suatu sore, begitu adzan Maghrib berkumandang saya bergegas meninggalkan ruangan. Saat hendak membuka pintu ruangan yang terbuat dari kaca, remang-remang dari balik kaca terlihat sesosok bayangan melintas. Yang terpikir oleh saya saat itu adalah mungkin OB atau pegawai lembur yang juga akan buka puasa di masjid. Namun anehnya saat pintu saya buka tak ada seorangpun. Sekencang-kencangnya orang jalan mestinya masih terlihat karena lift dan tangga masih jauh.

Kejadian kedua terjadi saat tengah malam saya ambil wudhu. Saat membungkuk ke arah kran saya merasa ada yang lewat di belakang saya menuju urinoir. Namun seketika saya ingat, pegawai yang mana malam-malam ini masih di kantor, kecuali saya. Segera saya balikkan badan, dan ternyata zonk. Tak ada seorangpun.

Gimana menurut teman-teman ? Itu gangguan makhluk dunia laen atau hanya karena saya penakut saja ? 

Cerita 5 : Siapa Menemaniku Sampai Maghrib ? 

Sore itu lewat jam 17:00 satu persatu teman saya meninggalkan kantor. Tinggal kolega saya, Pak Dian, di kubikel sebelah yang belum pulang. Ceklik-ceklik bunyi mousenya masih terdengar. Jika beliau pulang saya pasti tahu, karena jalur pulangnya melintas di depan saya.

Menjelang Maghrib, setelah saya tuntaskan sisa-sisa pekerjaan hari itu, saya bersiap meninggalkan ruangan. Suara mouse Pak Dian masih terdengar rame. Basa-basi saya pamitan sama Pak Dian.

"Pak Dian, saya duluan yak"  Saya sedikit berteriak.

Tiba-tiba suara mouse yang semula ramai berhenti. Hening sesaat. Tak ada yang menyahut. Penasaran saya samperin kubikel Pak Dian. Hah... kosong melompong ! Kagak ada orang Guys !

Seketika saya merasa dongkol, karena merasa dipermainkan. Pengen saya bentak "Saha maneh ?", seperti adegan di film-film horor.

Tapi saya urungkan. Takut kalau ada suara tanpa rupa yang menjawab "Aing macan !". Ntar malah saya yang lari terbirit-birit. Wkwkwkwk...!

Esoknya saya ceritakan hal tersebut ke Pak Dian. Beliaupun heran, karena kemaren pulang tepat waktu, jam lima sore. 

Trus siapa yang  kemaren ceklak-ceklik mouse, nemenin saya sampai Maghrib? Au ah gelap ! 

Cerita 6 : Kami Pelupa atau Lagi Ada Yang Iseng ?

Om istri saya, suatu hari bertandang ke rumah. Selain untuk silaturahmi, sekalian mengajak kami menjenguk ART nya yang sedang mudik, ke kampung sekitar 3 km dari pertigaan Gadog, Cisarua. Sekaligus maen ke salah satu obyek wisata di sana, yaitu sungai berarus deras. Karena ada acara basah-basahan istri membawa bekal pakaian ganti.

Puas menikmati air sungai yang jernih, udara yang sejuk, pemandangan yang indah dan angin yang berhembus sepoi-sepoi, istri segera mencari tempat untuk bertukar baju.

Obyek wisata ini bukan obyek wisata mainstream. Tidak banyak orang tahu. Bahkan saat itu yang mengunjungi hanya  rombongan kami. Karena itulah belum ada fasilitas apapun, meski sekadar ruang ganti pakaian. 

Setelah beberapa saat, kami menemukan sebuah pondok agak di pinggir tengah sawah. Di belakangnya gerombolan pohon bambu yang rimbun. Lantainya semen, dindingnya tembok dan kosong melompong. Tak ada sesuatupun di dalamnya.

Sementara istri berganti baju saya berjaga di depan.  Ntah kenapa saya mencium hawa-hawa mistis. Saya merasa sedang berada di perbatasan antara dunia nyata dan dunia entah apa. Tempat saya berdiri adalah dunia nyata sementara pondok itu di alam yang berbeda.

Tiba-tiba terdengar istri memanggil dari dalam.

"Mas, baju basahnya sudah Mas ambil ?
"Saya ambil gimana, khan saya berjaga di luar"
"Tapi koq gak ada. Tadi sudah saya masukin semua ke tas kresek"

Bergegas saya ke dalam. Dan ternyata hanya ada istri saya dengan baju ganti yang sudah rapi dipakainya. Sementara baju basahnya raib entah kemana. Beberapa saat kami edarkan pandangan ke seluruh ruangan. Tak ada sesuatupun.

Agak gak masuk akal. Seonggok pakaian basah, dalam tas kresek, di ruangan dua kali dua meter,  diletakkan di lantai tanpa ada yang menyentuhnya, tanpa ada sesuatu yang menghalangi pandangan kami, tiba-tiba menghilang begitu saja.

Karena merasa ada sesuatu yang tidak beres saya tarik tangan istri untuk segera meninggalkan tempat itu. 

Cerita 7 : Pulung aka nDaru

Bisa jadi ini kisah supranatural saya yang paling gamblang. Tapi tidak ada serem-seremnya sama sekali. Sampai saat ini saya tidak tahu pasti benda apakah yang saya lihat saat itu.

Kejadian ini terjadi pada 2007, di Perumahan Griya Anggraini, Citeureup, Bogor, tempat saya tinggal.

Singkat cerita, suatu pagi saat Adzan Subuh bergema saya segera bersiap menuju masjid yang berjarak kurang lebih 300 meter dari rumah. Dalam keremangan malam, saya melangkah perlahan.

Kurang lebih 100 meter menjelang masjid, diantara kapling-kapling tanah yang masih kosong, entah apa yang menggerakkan, saya menoleh kebelakang. Tiba-tiba dari arah ITC Cibinong, muncul sebuah benda di langit, seperti bola api berekor, terbang perlahan. Mendatar dengan ketinggian setinggi pohon kelapa (mungkin 20 - 30 meter dari tanah).  Benda tersebut memiliki ekor berwarna biru spritus, persis api kompor gas yang masih baru, dengan kepala merah menyala.

Seketika saya menghentikan langkah dan tertegun. Otak ini berfikir keras benda apakah ini gerangan. Jika ia benda yang dilempar atau ditembakkan ke atas pasti ia akan segera turun. Jika ia sebangsa mesin kenapa seluruh tubuhnya berwujud api. Dan jika ia sebangsa pesawat, dengan kecepatan dan ketinggian segitu mestinya ia tidak akan mampu mempertahankan ketinggian dan jatuh ke tanah akibat tarikan gravitasi.

Saya hanya bisa terpaku mengikuti gerakan benda tersebut. Sekitar dua menit kemudian benda tersebut sampai di atas Perumahan Visar, perumahan sebelah di seberang sungai. Tiba-tiba benda tersebut terbagi dua, tidak sama besar, yang satu lebih besar dari satunya, kemudian masing-masing terbang dengan arah yang berlawanan. Tak lama kedua bola api tersebut meredup dan lenyap dari pandangan.

Bertanya kesana-kemari, beberapa teman menyampaikan bahwa benda tersebut adalah pulung atau nDaru. Di kampung, kemunculannya kadang-kadang dianggap sebagai isyarat akan datangnya malapetaka, misalnya pageblug (pandemi) yaitu penyakit yang menginfeksi banyak orang di suatu wilayah tertentu.Tapi kadang-kadang juga dianggap sebagai  pembawa nasib baik, misalnya pertanda seseorang akan terpilih menjadi kepala desa. 
 
Dua tahun berlalu, lalu yang terjadi terjadilah. Tanah kapling persis di tempat saya mengalami kejadian itu, Allah mampukan saya untuk membelinya. Berdua dengan teman saya, dibagi dua, tidak sama besar, yang satu lebih besar dari satunya.
 
Ah, gak usah dihubung-hubungin ya pren. Kebetulan saja itu mah.  He..he..he..

Wallaahuua'lam bishawaab.