Rabu, 02 Januari 2008

Hisab dan Rukyat (II)

Hisab berasal dari bahasa Arab "hasaba", yang secara harfiah berarti menghitung, mengira dan membilang. Jadi hisab adalah , hitungan, kiraan dan bilangan. Dalam al-Quran kata ini sering digunakan dalam konteks perhitungan perbuatan manusia.

Dalam ilmu falak (astronomi) kata hisab berarti ilmu hitung posisi benda-benda langit, khususnya posisi matahari dan bulan dilihat dari bumi. Ilmu ini menjadi penting bagi Umat Islam karena berkaitan dengan pelaksanaan beberapa ibadah, misalnya penentuan waktu shalat, awal bulan Hijriyyah, Idul fithri, Idul Adha. Termasuk menentukan arah kiblat dengan tepat.
Ilmu Falak yang mempelajari kaidah-kaidah Ilmu Syariah tersebut dinamakan Falak Syar'i (Ilmu Falak + Ilmu Syariah = Falak Syar'i). Di Indonesia nama yang populer adalah Falak saja.

Rukyat adalah penyebutan secara singkat dari rukyatul hilal. Kata ini berasal dari bahasa Arab "ra'a - yara - rukyat" yang artinya "melihat". Hilal juga berasal dari bahasa Arab "al-hilal - ahillah" yaitu bulan sabit (crescent) yang pertama terlihat setelah terjadinya "ijtimak".
Ijtimak
Adalah bulan baru (new moon) disebut juga bulan mati. Ijtimak terjadi saat posisi bulan dan matahari berada pada jarak paling dekat. Secara astronomis, saat ijtimak terjadi maka bujur ekliptik bulan sama dengan bujur ekliptik matahari dengan arah penglihatan dari pusat bumi (geosentris).
Pada saat sekitar ijtimak, Bulan tidak dapat terlihat dari bumi, karena permukaan bulan yang nampak dari Bumi tidak mendapatkan sinar matahari, sehingga dikenal istilah Bulan Baru. Pada petang pertama kali setelah ijtimak, Bulan terbenam sesaat sesudah terbenamnya matahari
Kadang-kadang peristiwa ijtimak juga ditandai dengan terjadinya gerhana matahari yaitu saat lintang ekliptik bulan berimpit atau mendekati lintang ekliptik matahari. Periode dari peristiwa ijtimak ke ijtimak berikutnya disebut "bulan sinodis" yang lamanya 29,531 hari alias 29 hari 12 jam, 44 menit 2,8 detik.

Sehingga dalam konteks ilmu falak, rukyat (rukyatul hilal) adalah aktivitas mengamati keterlihatan(visibilitas) hilal, yakni penampakan bulan sabit yang nampak pertama kali setelah terjadinya ijtimak. Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang, atau dengan alat bantu optik seperti teleskop. Apabila hilal terlihat, maka pada petang (Maghrib) waktu setempat telah memasuki bulan (kalender) baru Hijriyah.

Aktivitas rukyat dilakukan pada saat menjelang terbenamnya matahari pertama kali setelah ijtimak (pada waktu ini, posisi Bulan berada di ufuk barat, dan Bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari). Apabila hilal terlihat, maka pada petang (Maghrib) waktu setempat telah memasuki tanggal 1 bulan berikutnya.

Namun demikian, tidak selamanya hilal dapat terlihat. Jika selang waktu antara ijtimak dengan terbenamnya matahari terlalu pendek, maka secara ilmiah/teori hilal mustahil terlihat, karena iluminasi cahaya bulan masih terlalu suram dibandingkan dengan "cahaya langit" sekitarnya. Kriteria Danjon (1932, 1936) menyebutkan bahwa hilal dapat terlihat tanpa alat bantu jika minimal jarak sudut (arc of light) antara Bulan-Matahari sebesar 8 derajat. Apabila hilal (bulan sabit) tidak terlihat (atau gagal terlihat), maka bulan (kalender) berjalan digenapkan (istikmal) menjadi 30 hari.

Dalam Islam, terlihatnya hilal di sebuah negeri dijadikan pertanda pergantian bulan Kalender Hijriyah di negeri tersebut. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:


"Mereka bertanya kepada engkau tentang hilal (bulan sabit). Katakanlah hilal itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (ibadat) haji"
( QS. Al Baqarah: 189 )

Hilal juga dijadikan pertanda mulainya ibadah puasa Ramadhan yang sudah dipakai sejak jaman nabi waktu itu, sebagaimana hadits yang menyatakan :

"Berpuasalah engkau karena melihat hilal dan berbukalah engkau karena melihat hilal. Bila hilal tetutup atasmu, maka sempurnakanlah bilangan Syaban tiga puluh hari"
(HR. Bukhari dan Muslim)

Jika merujuk pada Hadis Nabi tentang puasa, hilal dapat diterjemahkan sebagai sabit bulan yang pertama kali terlihat dengan mata setelah ijtimak terjadi. Secara astronomi, ijtimak atau konjungsi terjadi jika Matahari dan Bulan berada pada bujur ekliptika yang sama.

Ada beberapa metode hisab yang sering digunakan. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya. Beberapa diantaranya sebagai berikut :

Hisab Urfi (`urf = kebiasaan atau tradisi)

  • Adalah hisab yang melandasi perhitungannya dengan kaidah-kaidah sederhana seperti di bawah ini.
  • Bulan komariyah ditentukan berdasarkan umur rata-rata bulan sehingga dalam setahun komariyah umur dibuat bervariasi 29 dan 30 hari.
  • Bulan bernomor ganjil yaitu mulai Muharram berjumlah 30 hari dan bulan bernomor genap yaitu mulai Shafar berumur 29 hari. Tetapi khusus bulan Zulhijjah (bulan 12) pada tahun kabisat komariyah berumur 30 hari.
  • Tahun kabisat komariyah memiliki siklus 30 tahun dimana didalamnya terdapat 11 tahun yang disebut tahun kabisat (panjang) memiliki 355 hari, dan 19 tahun yang disebut basithah (pendek) memiliki 354 hari.
  • Tahun kabisat ini terdapat pada tahun ke 2, 5, 7, 10, 13, 16, 18, 21, 24, 26 dan ke 29 dari keseluruhan siklus kabisat selama 30 tahun.
  • Dengan demikian kalau dirata-rata maka periode umur bulan (bulan sinodis / lunasi) menurut Hisab Urfi adalah (11 x 355 hari) + (19 x 354 hari) : (12 x 30 tahun) = 29 hari 12 jam 44 menit ( menurut hitungan astronomis: 29 hari 12 jam 44 menit 2,88 detik ).
  • Walau terlihat sudah cukup teliti namun yang jadi masalah adalah aturan 29 dan 30 serta aturan kabisat tidak menujukkan posisi bulan yang sebenarnya dan hanya pendekatan. Oleh sebab itulah maka hisab ini tidak bisa dijadikan acuan untuk penentuan awal bulan yang berkaitan dengan ibadah misalnya Ramadhan, Syawwal dan Zulhijjah.

Hisab Taqribi ( taqrobu = pendekatan, aproksimasi )

  • Adalah metode hisab yang sudah menggunakan kaidah-kaidah astronomis dan matematik tetapi rumus-rumusnya masih sederhana sehingga hasilnya kurang teliti.
  • Metode ini merupakan warisan para ilmuwan falak Islam masa lalu yang sampai sekarang masih menjadi acuan di banyak pesantren di Indonesia.
  • Hasil hisab taqribi akan sangat mudah dikenali saat penentuan ijtimak dan tinggi hilal menjelang 1 Ramadhan, Syawwal dan Zulhijjah yaitu terlihatnya selisih yang cukup besar terhadap hitungan astronomis modern.
  • Beberapa kitab falak yang berkembang di Indonesia yang masuk dalam kategori Hisab Taqribi misalnya; Sullam al Nayyirain, Ittifaq Dzatil Bainy, Fat al Rauf al Manan, Al Qawaid al Falakiyah.

Hisab Haqiqi ( haqiqah = realitas atau yang sebenarnya )

  • Adalah metode hisab yang menggunakan kaidah-kaidah astronomis dan matematik.
  • Menggunakan rumus-rumus terbaru dilengkapi dengan data-data astronomis terbaru sehingga memiliki tingkat ketelitian yang tinggi.
  • Sedikit kelemahan dari metode hisab ini adalah penggunaan kalkulator yang mengakibatkan hasil hisab kurang sempurna atau teliti karena banyak bilangan yang terpotong akibat digit kalkulator yang terbatas.
  • Beberapa metode hisab haqiqi yang berkembang di Indonesia diantaranya: Hisab Hakiki, Tadzkirah al Ikhwan, Badi'ah al Mitsal dan Menara Kudus, Al Manahij al Hamidiyah, Al Khushah al Wafiyah.

Hisab Haqiqi Tahqiqi ( tahqiq = pasti )

  • Merupakan pengembangan dari metode hisab haqiqi.
  • Oleh penyusunnyadiklaim memiliki tingkat akurasi yang sangat-sangat tinggi sehingga mencapai derajat "pasti".
  • Sebetulnya klaim ini masih perlu diuji lagi secara ilmiah. Apalagi jika melihat kenyataan perhitungan astronomis modern saja hingga kini masih memberikan ruang kesalahan berupa angka ralat (delta T) dalam setiap rumusnya. Tetapi bagaimananpun metode ini tetap harus diapresiasi sebagai bagian dari perkembangan metode hisab di Indonesia.
  • Metode ini sudah melakukan perhitungan menggunakan komputer. Beberapa diantaranya telah dibuat software/program komputer. Contoh dari metode ini misalnya : Al Falakiyah, Nurul Anwar.

Hisab Kontemporer / Modern

  • Metode hisab ini menggunakan alat bantu komputer yang canggih yang mampu melakukan perhitungan rumus-rumus dikenal dengan istilah algoritma.
  • Beberapa diantaranya terkenal karena memiliki tingkat ketelitian yang tinggi sehingga dikelompokkan dalam High Accuracy Algorithm




diantara : VSOP87, ELP2000 Chapront-Touse.


  • Ada beberapa yang memiliki tingkat ketelitian yang tinggi dan sangat akurat seperti : Jean Meeus, New Comb, EW Brown, Almanac Nautica, Astronomical Almanac, Mawaqit, Ascript, Astro Info, Starrynight.


  • Sumber : www.rukyatulhilal.org, www.wikipedia.org

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar