Selasa, 27 Oktober 2020

His Excellency, Mr. President


Photo : Bersama Michael D. Higgins (Koleksi pribadi)

Takdir pernah membawa saya beberapa kali ke negeri jauh ; Swiss. Salah satunya pada  23 sd 28 November 2015. Kunjungan itu untuk menghadiri tiga kegiatan sekaligus yaitu 10th UNCTAD Debt Management Conference,  DMFAS Advisory Group Meeting, serta WADMO Meeting di Jenewa. *)

Salah satu keynote speaker dalam acara tersebut adalah Presiden Irlandia, Michael D. Higgins. Dia membawakan makalah berjudul Issues of Debt Management in the New Context of the Sustainable Development Goals and the Universal Challenge of Climate Change. Naskah bisa dibaca di sini.

Di hadapan perwakilan lebih dari 100 negara ia terlihat mumpuni menguasai panggung. Diksi tertata rapi, rima, irama dan intonasi terjaga dari awal hingga akhir. 

Kolega saya, Ibu Anni Valentina Lubis dari Bank Indonesia membisiki saya. “Selain Presiden, dia juga seorang penyair. Februari kemaren ia baru merilis puisi terbarunya; The Prophets are Weeping.”  

Singkat cerita, presentasi sekitar 30 menit itu diselesaikannya dengan apik.

Photo : UNCTAD pada Flickr.com

Tiba-tiba Ibu Anni menghampiriku,“Pak Surawan, ayo kita foto sama Pak Presiden”. Whats ?! Hal yang tak terpikirkan oleh saya itu diucapkannya dengan ringan. Tiba-tiba lampu neon menyala di kepalaku. Cling ! Hmm … kenapa tidak. Lets go Bu Anni …!

Lalu kami menghambur ke belakang panggung, tempat Pak Presiden istirahat sejenak. Di ruangan kecil dengan tempelan kertas bertuliskan ‘Ireland Delegations’ terlihat dua ‘Paspampres’ berjaga di kiri kanan pintu. Saya buka sedikit pintunya. Saya longokkan kepala. Terlihat Pak Presiden berbincang santai dengan beberapa orang. Mungkin orang-orang kedutaan besar dan tokoh-tokoh Irlandia di Swiss. 

Photo :  Delegasi Kementerian Keuangan RI (Koleksi pribadi)

Saya sedikit heran. Pertemuan presidennya kami longok-longok sedemikian, kedua pengawal itu santai saja.  Terlihat mereka tidak keberatan dengan tingkah kami. Benar-benar pengawal yang asyik. Ane suka gaya ente Guys !

Lalu datanglah seorang ‘madame’. Dengan wajah yang bersahabat, ia bertanya “Ada yang bisa saya bantu ?”

“Kami dari Indonesia. Kami fans presiden Anda. Kami menyukai puisi-puisinya. Bolehkah kami berfoto dengannya ?” Tanya kami.

“Kenapa tidak. Tentu saja boleh” Jawabnya, dengan keramahan tingkat dewa. Spontan saya berpikir ia pasti sekretaris pribadi Pak Presiden. 

”Tunggu sebentar ya. Palingan lima menit lagi mereka selesai. Sekalian, sini kameranya. Biar saya saja yang fotoin”  Lanjutnya. Wow,  Anda bener-bener baik hati, Madame. 

Tidak pakai lama pintu terbuka. Pak Presiden dan Ibu Negara melangkah keluar. Si Madame segera mendekat. 

“Pak Presiden ini ada penggemar Anda dari Indonesia. Mereka ingin berfoto dengan Anda” ujarnya.

“Ayuk, mari-mari” Ajaknya dengan ramah.

Photo : Palais des Nations (koleksi pribadi)

Bu Anni mendapat giliran pertama. Jepret, jepret. Beberapa gambar diambil. Selesai 

Lalu giliran saya. Saya mendekat, saya jabat tangan Pak Presiden dengan erat. 

“Saya Surawan, dari Indonesia. Saya menyukai puisi Anda”  Saya memperkenalkan diri sekaligus berbasa-basi. 
 
“Terima kasih”  Jawab Pak Presiden dengan wajah berbinar. 

Sst..padahal, bahkan, belum satu katapun dari puisinya yang saya baca. Boro-boro baca, bahkan puisinya yang mana saya juga tidak tahu. Saya cuman beruntung dapat clue sebelumnya dari Bu Anni. Thanks Bu Anni. He..he..

Lalu saya jajari dia, eksyen sedikit, jepret, jepret. Beberapa gambar diambil. Selesai. Go raibh mile maith agat, Pak Presiden *)

Penasaran, sore harinya, di hotel, saya todong Mbah Google untuk bercerita siapa sih ini orang. Dan inilah sekelumit profilnya. 

Michael D Higgins, lahir 18 April 1941. Politisi Partai Buruh Irlandia. Dilantik menjadi presiden Irlandia pada 2011 sebagai presiden ke-9 menggantikan Mary Mc Aleese, untuk masa jabatan hingga 2018. 

Photo : koleksi pribadi

Rakyat Irlandia mengenal Higgins sebagai sosok penentang perang Irak. Dirinya pun menarik perhatian ketika memprotes kedatangan mantan Presiden AS Ronald Reagan pada 1987. Higgins juga melakukan protes terhadap embargo laut yang diterapkan Israel di wilayah Gaza. 

Nyalinya terbukti jauh lebih tinggi dibanding tubuhnya. Tingginya hanya 160 cm. Termasuk mungil untuk ukuran pria Eropa  Ia merupakan pemimpin negara terpendek kedua setelah Yasser Arafat (157 cm). 
 
Pada September 2017 jagad twitter Irlandia digegerkan dengan salah satu cuitan yang menunjukkan betapa mungilnya presiden mereka. Saat itu Higgins menghadiri pertandingan final hurling pada  GAA Hurling All-Ireland Senior Championship di Dublin. Berdiri berdampingan dengan rekannya sesama politisi, Leo Varadkar yang bertinggi tubuh 195 cm, Higgins terlihat mirip kurcaci. 



Ia sosok yang populer di negaranya, terutama karena sikap egaliternya. Pada suatu moment, ia kedapatan ikut mengantri di ATM, di Baggot Street, Dublin, layaknya warga biasa. Dia menunggu dengan sabar pengguna di depannya menyelesaikan keperluannya. Di ranah publik ia tidak merasa perlu diistimewakan.  

Photo : Higgins menunggu giliran di ATM dengan tertib

Jauh sebelum menjadi presiden, ia adalah seorang penyair. Selalu menyematkan inisial M.D.H yang merupakan singkatan namanya, ia sudah menghasilkan empat buku puisi, yaitu : The Betrayal (1990), The Season of Fire in (1993), An Arid Season (2004) dan New and Selected Poems (2011).

Pada Februari 2015 ia mempublikasikan puisinya yang berjudul The Prophets are Weeping (Para Nabipun Tersedu-sedan) yang merefleksikan kegelisahannya atas kekerasan yang akhir-akhir ini terjadi dan  - kadang -  si pelaku mengatasnamakan agama untuk tindakannya. Puisi ini sudah selesai pada tahun 2014, jauh sebelum tragedi Charlie Hebdo di Paris terjadi.

Ini puisinya. Tenyata benar, saya menyukainya. 


The Prophets are weeping
To those on the road it is reported that
The Prophets are weeping,
At the abuse
Of their words,
Scattered to sow an evil seed.
Rumour has it that.

The Prophets are weeping,
At their texts distorted,
The death and destruction,
Imposed in their name.
The sun burns down,
On the children who are crying,
On the long journeys repeated,
Their questions not answered.
Mothers and Fathers hide their faces,
Unable to explain,
Why they must endlessly,
No end in sight,
Move for shelter,
for food, for safety, for hope.

The Prophets are weeping,
For the words that have been stolen,
From texts that once offered,
To reveal in ancient times,
A shared space,
Of love and care,
Above all for the stranger.


MDH 2014


*)
UNCTAD: United Nations Conference on Trade and Development
DMFAS: Debt Management and Financial Analysis System
WADMO: World Association of Debt Management Office 
Go raibh mile maith agat (Irlandia) : terima kasih banyak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar